Kamis, 31 Oktober 2013
Jokowi: Indonesia Butuh Undang
Kampanye Hitam Akan Diarahkan ke Jokowi
TRIBUN JAKARTA/FX ISMANTO
Gubernur DKI Joko Widodo atau Jokowi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbagai pihak dinilai tengah berupaya menjegal Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi untuk maju sebagai calon presiden di Pemilu 2014.
Ke depan, upaya tersebut diyakini akan semakin keras di tengah ketidakpastian pengusungan Jokowi dalam pilpres.
"Mulai ada skenario untuk jegal Jokowi. Sekarang masih permulaan. Nanti akan semakin keras perlawanan dengan kampanye negatif. Bahkan, kampanye hitam akan diarahkan ke Jokowi," kata peneliti senior Indonesia Public Institut (IPI), Karyono Wibowo, Kamis (24/10/2013) di Jakarta.
Karyono mengatakan, ada tiga skenario yang bisa dilakukan untuk menjegal lawan politik, yakni ketika proses tahapan, proses pemungutan suara, dan proses penyelesaian sengketa pemilu di Mahkamah Konstitusi.
Penjegalan Jokowi, katanya, sudah terjadi di tahapan menjelang pilpres agar Jokowi tidak dicalonkan oleh PDI Perjuangan. Ketika dicalonkan, Jokowi dianggap sulit dikalahkan jika melihat hasil survei lembaga-lembaga survei.
Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto menambahkan, salah satu upaya penjegalan Jokowi terlihat dari rilis lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia. Rilis itu menyebut Jokowi hanya sebagai capres wacana.
Di sisi lain, LSI mengangkat kembali Megawati Soekarnoputri sebagai kandidat capres. Tentunya, menurut Gun Gun, LSI tengah menggoda Megawati untuk maju kembali di pilpres.
Secara terpisah, pengamat politik Andrinof Chaniago mengatakan, capres yang lebih dulu muncul bakal habis-habisan untuk memuluskan pertarungan di Pilpres 2014. Mereka akan berusaha menjegal pesaing utama, salah satunya Jokowi.
"Orang yang sudah habis-habisan enggak mau main tanggung, habis sekalian. Caranya, mencegah pesaing utama tak muncul, termasuk dengan membangun opini. Sekarang di media sosial makin banyak kampanye 'Jokowi Ingat Janji, Jokowi Selesaikan Masalah Jakarta, Jokowi di Jakarta Saja'," kata Adrianof.
Apakah mudah menjegal Jokowi? Karyono dan pengamat pemilu dari Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPRR), M Afifudin, berpendapat sama bahwa sulit untuk menjegal Jokowi jika melihat persepsi masyarakat saat ini. Begitu Jokowi dikritik, publik beramai-ramai menyerang pengkritik.
Contohnya, ketika para politisi DPRD DKI Jakarta hendak menggunakan hak interpelasi menyikapi kebijakan Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama. Contoh terbaru, ketika Amien Rais menyerang sosok Jokowi.
Para politisi pendorong interpelasi dan Amien Rais langsung di- bully publik, terutama di media sosial. "Kalau Anda kritik jokowi, Anda akan berhadapan jutaan pendukung Jokowi," kata Afifudin.
Andrinof menambahkan, jika memang Megawati berpihak kepada Jokowi untuk diusung di pilpres, maka sebaiknya dideklarasikan beberapa hari menjelang pemilu legislatif pada April 2014.
Figur Jokowi, kata dia, dapat menaikkan dukungan publik terhadap PDI Perjuangan.
"Kalau ditetapkan sekarang, kasihan Jokowi. Dia harus kerja habis-habisan karena akan banyak serangan politik yang mengganggu," ujar Andrinof.
"Tapi kalau PDI-P enggak tertarik menjadi pemenang pileg, enggak tertarik punya presiden, enggak tertarik punya menteri banyak, yah enggak apa-apa (tidak usung Jokowi)," pungkas Andrinof.
Ultimatum Jokowi pada Pejabat DKI
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT JAKARTA -- Sebagian besar pejabat di lingkungan Pemprov DKI Jakarta ternyata belum menyerahkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jumlahnya pun cukup fantastis yakni mencapai 52 persen. Untuk itu, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo memerintahkan para pejabat tersebut segera melaporkan harta kekayaannya ke KPK.
Dikatakan Jokowi, masih banyaknya pejabat di lingkungan Pemprov DKI yang belum melaporkan LHKPN dikarenakan banyak diantara mereka baru saja dilantik. Sehingga mereka belum sempat melaporkan harta kekayaannya ke KPK. Meski begitu, sambung Jokowi, dirinya segera memerintahkan jajarannya untuk segera melaporkan harta kekayaannya ke KPK. "Itu kepala dinas baru, kepala badan baru, yang baru dilantik. Tapi akan saya perintahkan untuk memberikan laporan segera. Sekarang langsung saya perintah," ujar Jokowi di Balaikota, Rabu (30/10).
Direktur Pendaftaran dan Pemeriksaan LHKPN KPK, Cahya Hardianto Harefa mengatakan, masih banyak pejabat Pemprov DKI yang belum melaporkan harta kekayaannya kepada KPK. Hingga saat ini, baru 38 persen saja yang menyerahkan laporan harta kekayaannya. Sedangkan 52 persen pejabat lainnya belum menyerahkan LHKPN.
"Karena masih banyak pejabat Pemprov DKI yang belum menyerahkan LHKPN, kami meminta Pak Gubernur dan Wakil Gubernur untuk segera menindaklanjuti masalah ini. Supaya mendorong seluruh pejabat menyerahkan LHKPN-nya," ujar Cahya, usai menghadiri kegiatan Semiloka Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Korupsi di Balaikota DKI Jakarta, seperti dilansir situs beritajakarta.
Dikatakan Cahya, LHKPN akan menjadi dasar untuk mengawasi, memantau, dan mengontrol kinerja pejabat agar berjalan dalam koridor yang benar. Selain itu, juga mencegah sejak dini terhadap tindak pidana korupsi. "Tata kelola penyelenggaraan pemerintahan daerah yang sudah baik jangan sampai dinodai dengan upaya-upaya korupsi. Karena itu harus dilakukan pencegahan supaya dapat menekan korupsi," tandasnya.
Kendati demikian, dirinya menilai tata kelola penyelenggaraan pemerintahan daerah di lingkungan Pemprov DKI Jakarta sudah berjalan cukup baik. Hal ini bisa dibuktikan dari indeks yang dimiliki Pemprov DKI yang lebih tinggi dibandingkan indeks rata-rata secara nasional. Indeks DKI mencapai 6,37 persen, sedangkan rata-rata nasional mencapai 5,7 persen.
Selasa, 29 Oktober 2013
Foto Jokowi Kejar Pelari Kenya Mengundang Tawa
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengejar pelari asal Kenya, Stephen Tum, untuk mengalungkan tanda pemenang pada Mandiri Jakarta Marathon 2013, di kawasan Monas Jakarta Pusat, Minggu (27/10/2013). Selain nomor maraton 42 km, dilombakan pula setengah maraton (21 km), 10 km, dan 5 km. Acara tersebut diikuti sekitar 10.000 pelari elite nasional dan internasional untuk memperebutkan total hadiah Rp 2,5 miliar. | TRIBUNNEWS/HERUDIN
JAKARTA, JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Lomba lari Mandiri Jakarta Marathon 2013 sudah dua hari berlalu. Namun, ada momen lucu dalam acara itu yang kini ramai dibicarakan di situs jejaring sosial. Momen itu terekam dalam sebuah foto saat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tampak tergopoh-gopoh mengejar pelari asal Kenya, Stephen Tum, yang tidak mengetahui akan diberi tanda pemenang oleh Jokowi.
TWITTER Foto yang tersebar di media sosial memperlihatkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kaus merah) berada di belakang pelari asal Kenya, Steven Tum, dalam acara Jakarta Marathon 2013, Minggu (27/10/2013). Foto diambil dari akun Twitter @motulz tanpa diketahui identitas asli fotografer foto tersebut.
Foto itu menjadi tampak lucu karena memperlihatkan Jokowi yang seolah-olah sedang mengendap-endap di belakang Tum. Saat itu, Jokowi terpaksa berlari mengejar Tum meskipun Jokowi tak mengenakan sepatu khusus lari. Sejumlah akun yang memasang atau berbagi foto tersebut mengomentarinya dengan kalimat-kalimat lucu.
" Gubernur gw dewa srimulat! Hahahaha!" sebut pemilik akun Facebook Ganesha Tamzil.
" Our funny Governor. Jokowi jahil banget! Hahaha! at last Jakarta Marathon 2013," tulis pemilik akun @SIG_architect di Twitter.
Kejadian tersebut bermula saat Jokowi, Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu menunggu pelari kategori Full Marathon 42 kilometer di garis finis. Masing-masing pejabat tinggi negara ini telah dibekali semacam name tag dengan tali untuk dikalungkan kepada 10 pelari pertama yang berhasil masuk garis akhir.
Pelari pertama yang sukses masuk garis finis adalah pelari asal Kenya bernama William Chebor dengan catatan waktu 2 jam 14 menit 30 detik. Marie Elka yang diberi kesempatan pertama untuk memberikan tanda pemenang berhasil mengalungkannya ke leher Chebor tanpa satu kendala.
Untuk pelari kedua, panitia memberi kesempatan kepada Jokowi untuk mengalungkan tanda pemenang bertuliskan nomor 2. Di ujung lintasan, tampak pelari asal Kenya, Steven Tum, terengah-engah menuju garis finis. Seusai melintasi garis, bukannya berhenti, Tum malah terus berlari melewati Jokowi. Alhasil, Jokowi harus mengejarnya dengan berlari agar dapat mengalungkan tanda pemenang tersebut.
Jokowi yang mengenakan kaus merah, celana olahraga pendek warna hitam, dan sepatu kasual yang biasa digunakan untuk blusukan, sebenarnya telah memanggil Tum saat berpapasan dengannya. "Steven, Steven," teriak Jokowi. Namun, pelari berkepala plontos tersebut tidak menyadarinya hingga Jokowi mengejar dan menepuk pundaknya.
TRIBUNNEWS/HERUDIN Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengejar pelari asal Kenya, Stephen Tum untuk dikalungkan tanda pemenang pada Mandiri Jakarta Marathon 2013, di kawasan Monas Jakarta Pusat, Minggu (27/10/2013). Selain nomor maraton 42 km, dilombakan pula setengah maraton (21 km), 10 km, dan 5 km. Acara tersebut diikuti sekitar 10.000 pelari elite nasional dan internasional untuk memperebutkan total hadiah Rp 2,5 miliar.
Momen itu rupanya menarik perhatian penonton. Hampir semua orang yang menyaksikannya tertawa, termasuk Roy Suryo yang tertawa sambil menunjuk ke arah Jokowi dan Tum. Demikian pula Marie dan Gita. Mereka tertawa terbahak-bahak. Jokowi juga tertawa.
Setelah beberapa meter berlari, Jokowi berhasil mendekati Tum. Tum yang tampak lelah pun berbalik dan merunduk agar Jokowi bisa mengalungkan tanda pemenang. Seusai kejadian itu, Jokowi kembali ke tempat semula dengan cara berlari.
Acara Jakarta Marathon merupakan kerja bersama antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Acara bertaraf internasional itu mendatangkan pelari sebanyak 5.500, luar atau dalam negeri. Ribuan orang pun tampak memadati lapangan Monas.
Kegiatan Jakarta Marathon 2013 terdiri dari beberapa kategori, yakni 5 kilometer, 10 kilometer, Half Marathon (21 kilometer) dan Full Marathon (42 kilometer), serta Maratoonz yang khusus untuk anak-anak.
Adapun pemenang Full Marathon 42 km putra ialah William Chebor asal Kenya dengan waktu 2 jam 14 menit 30 detik. Kompatriotnya Stephen Tum (2:15:35) berada di tempat kedua, dan Chelimo Kipkemoi (2:17:06) di posisi ketiga. Adapun pemenang Full Marathon 42 km putri ialah Mulu Seyfu asal Etiopia dengan catatan waktu 2:42:57. Kedua, Diana Sigei asal Kenya dengan catatan waktu 2:43:39. Ketiga, Mercy Jelimo Foo asal Kenya dengan catatan waktu 2:44:18.
Editor : Laksono Hari Wiwoho
Mahfud MD Puji Kinerja Jokowi yang Bebas Korupsi
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengejar pelari asal Kenya, Stephen Tum (kaus kuning), untuk dikalungi tanda pemenang, pada Mandiri Jakarta Marathon 2013, di Jakarta, Minggu (27/10/2013).
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD memuji kinerja setahun Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), yang dinilai bersih dari praktik korupsi.
"Bagus. Saya kira secara obyektif Pak Jokowi menunjukkan seorang pekerja keras dan memanfaatkan semua fasilitas yang tersedia, tanpa catatan korupsi," ujar Mahfud di Balai Kota, Jakarta, Selasa (29/10/2013).
Meski selama setahun Jokowi menjabat terdapat Satuan Kerja Perangkat Daerah Jakarta yang terlibat kasus korupsi, Mahfud mengatakan hal itu tidak berkaitan langsung dengan Jokowi. Itu terlihat dari sikap Jokowi yang langsung memecat atau mengganti pejabat tersebut.
"Artinya, Jokowi tidak terlibat. Sehingga, dengan mudah dan enteng menindak orang yang melakukan pelanggaran," ucap Mahfud.
Sebab, Mahfud menilai selama ini banyak pejabat pemerintah yang 'sengaja' menutup-nutupi adanya pelanggaran atau tindak pidana korupsi yang dilakukan anak buah mereka, lantaran memiliki keterkaitan dengan pejabat tersebut.
"Kadang kala di berbagai tempat, ada orang terlibat korupsi lalu disembunyikan. Atasannya melindungi karena takut kena juga. Kalau Jokowi, saya kira dia salah satu contoh yang objektif. Ia bekerja apa adanya, kesederhanaan, dengan kesungguhan," puji Mahfud. (*)
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Jokowi Hadiri Forum Komunikasi di BPK
Gubernur DKI Jokowi dan atlet pelajar DKI
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo menghadiri Forum Komunikasi Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (FK-TLHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang digelar di Gedung BPK, Selasa (29/10/2013).
Jokowi hadir dengan mengenakan jas hitam yang dipadukan dengan kemeja putih dan celana bahan hitam. Selain Jokowi, juga tampak beberapa kepala daerah lainnya seperti Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.
Airin datang mengenakan batik berwarna ungu yang dipadukan dengan jilbab berwarna merah jambu. Selain Jokowi dan Airin, dalam acara tersebut juga hadir Menteri Agama, Suryadharma Ali, Walikota Bandung Ridwan Kamil dan Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja.
Acara yang digelar di Auditorium BPK lantai 2 itu akan membahas bagaimana mewujudkan akuntabilitas, meningkatkan kerja, menuju pemerintahan yang bersih, berwibawa dan berdaya saing.
Terkait   #BPK
Penulis: Muhammad Zulfikar
Jangan Cuma Kritik Jokowi, Lihat Juga Kinerja SBY
Senin, 28 Oktober 2013
Cara Jokowi Membangun Kepercayaan
Rhenald Kasali ( @Rhenald Kasali )
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Tak dapat dipungkiri, perubahan lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Dari ketika dijalankan, Anda bukan hanya berhadapan dengan kaum resisten, melainkan juga mereka yang bakal kalah pamor.
Ya, kalau Anda gigih dan berhasil menaklukkan resistensi, maka akan ada kelompok-kelompok lain yang menjadi terlihat "tidak bekerja", "asal bunyi", atau "provokator". Seperti kata Geoge Carlin, mereka menggenggam ayat yang bunyinya begini: "Jika engkau tak bisa menaklukannya, buatlah orang lain membencinya." Mereka berkampanye agar tidak percaya pada apa yang mereka lihat.
Jadi inti dari perubahan sebenarnya: Mendapatkan kepercayaan. Obat resistensi itu, pertama-tama adalah kepercayaan. Jujur dan berani adalah satu hal. Tapi ini tidak cukup bila pemimpin gagal memberikan hope melalui kemenangan-kemenangan kecil di tahun pertamanya, Diperlukan pendekatan khusus untuk mendapatkan kepercayaan. Sebab, provokator juga hanya "mati" di tangan mereka yang sangat dipercaya publik.
Mengubah resistensi itu sendiri ibarat membuka hati manusia yang terluka. Kita tak bisa "menjebol batin" mereka yang terluka untuk membersihkan nanah-nanahnya, kecuali mereka mengizinkannya. Nah, "minta izin membuka hati" ini ada caranya: terlalu lembut tidak tembus, kekerasan hanya membuat mereka jatuh ke tangan para penyamun.
Demikian juga dalam merespons para penyamun yang menghalangi perubahan, selalu ada psikologinya. Nan S Russel, dalam Psychology Today (2012) memberikan tipsnya: tetap respek, hindari komunikasi membalas dengan menyalahkan, sadar diri, jauhkan arogansi, jaga kehormatan dan " go beyond yourself" (utamakan kontribusi pada publik).Jauh sebelum Jokowi memimpin Jakarta, saya pernah diberitahu pendekatan yang digunakan masyarakat Tionghoa dalam mengatasi berbagai masalah. Semua urusan bisa diselesaikan di meja makan. Dan kalau perut sudah disentuh, hati manusia akan adem. Tetapi, di Tokyo, ternyata juga sama. Bahkan pekerja-pekerja Jepang hingga larut malam masih menjinjing tas kerja dan jas hitamnya bersama atasan mereka di bar-bar di sepanjang daerah Ginza atau Shinjuku. Dalam ocehan yang terucap, mereka mengatakan "kita menanggung sama-sama."
Saat diserang calo tanah dan warga yang tak mau pindah ke rumah susun yang telah disediakan (dari area waduk Ria-Rio), kita membaca, Jokowi ternyata juga melakukan cara yang sama. Prosesnya begitu cepat. Bahkan jauh lebih cepat dari yang ia lakukan di Solo saat memindahkan PKL dari tengah kota.
"Saat itu saya ajak PKL makan siang-makan malam 54 kali," ujarnya. "Setelah itu baru saya sampaikan bahwa mereka akan dipindah. Dan mereka diam semua. Saya katakan, kalau begitu setuju yaaa...dan mereka menjawab, iya paak..."
Ia memberikan refleksinya sebagai berikut:
Pertama, PKL adalah businessman, sama seperti yang lainnya. Mereka itu pasti berhitung untung ruginya.
Kedua, pada awalnya, setiap diundang makan malam ke balai kota mereka tahu bahwa mereka akan digusur, karena itulah mereka datang dengan LSM dan advokat-advokat. "Karena itu saya tak bicara apa-apa, saya hanya mengajak mereka makan malam meski mereka kecewa tak ada omong-omong, " ujarnya.
Ketiga, mereka khawatir, di lokasi baru bisnis mereka akan rugi atau diperlakukan tidak adil.
Di Jakarta, saat menghadapi warga-warga yang tinggal di bawah waduk Ria-Rio, Jokowi mengatakan, "Saya tak ingin berhadap-hadapan dengan rakyat, rakyat tak boleh ditindas." Itu sebabnya, ia memilih melayani mereka di meja makan, dan mereka pulang dengan enteng. Jokowi benar, jika perubahan membutuhkan koalisi perubahan, maka berkoalisilah dengan rakyat.Blusukan adalah satu hal, tetapi di balik branding Jokowi itu ada diplomasi sentuhan yang luput dari perhatian para elit. Jangan lupa setelah Gen C ( Connected Generation), kita tengah menghadapi Gen T ( Touch Generation).
Bila mesin saja baru terlihat smart kalau disentuh, apalagi hati manusia. Rakyat yang selalu menjadi korban dalam perubahan, merindukan pemimpin-pemimpin yang tak berjarak, yang bisa mereka sentuh. Saya ingin menceritakan kejadian ini.
Suatu ketika Fadel Muhammad bercerita saat ia menemani kandidat cagub DKI dari Partai Golkar yang datang ke sebuah masjid di daerah Kwitang dengan kawalan foreiders. Pedagang di jalan harus minggir, dan cagub bertemu Habib sebentar, lalu pergi. Setelah itu datanglah cagub incumbent. Kali ini bukan hanya foreiders, melainkan juga camat, lurah, dan hansip sehingga semua PKL tak bisa berjualan. Jalan raya tiba-tiba berubah menjadi lengang dan benar-benar bersih.
Lantas bagaimana saat Jokowi datang? Ia datang tanpa pengawal, menyalami pedagang dan peziarah di sepanjang jalan, sehingga agak lama baru sampai di pelataran masjid. Peziarah terkesima karena Jokowi sama seperti mereka, berpakaian seperti rakyat biasa, tak berjarak. Pemimpin yang tak berjarak menyentuh tangan dan pundak rakyatnya, sedangkan pemimpin yang berjarak justru menghindarinya. Bagi mereka blusukan hanyalah pencitraan, bukan sentuhan hati. Padahal di situ ada pertautan kepercayaan.
Jadi, kepercayaanlah dasar dari setiap karya perubahan. Dan pemimpin yang pandai akan memisahkan ilalang dari padi-padi yang harus dipelihara agar menghasilkan buah. Inilah tugas penting para pembuat perubahan di tengah-tengah " low trust" atau bahkan " a distrust society " .
Maka, daripada menjegal Jokowi, mengapa tidak bergabung saja dan salami dia sebagai role model. Kalau Anda cinta perubahan, orang-orang seperti ini justru harus diberi apresiasi. Seperti kata Jim Henson, " if you can not beat them, joint them."
Editor : Erlangga Djumena
Jokowi Ungguli Capres Tua, Termasuk Prabowo
Senin, 28 Oktober 2013 | 06:58 WIB
Ekspresi Jokowi saat mengikuti acara "Meeting of The Governors and Mayors of the Capitals ASEAN" di JW Mariot Hotel, Jakarta, (19/09). Tempo/Dian Triyuli Handoko
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta - Ketua Departemen Politik dan Hubungan Internasional Center for Strategic and International Studies (CSIS), Philips J. Vermonte, menyatakan tingkat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tetap tinggi. Jokowi mengungguli para calon presiden dari ketua umum partai politik yang mayoritas sudah tua.Hal ini mengacu pada survei yang diadakan lembaga tersebut pada 9-6 April lalu di 31 provinsi, dengan responden sebanyak 1.635 orang. "CSIS tidak membedakan calon berdasarkan umur. Jika pemilu diadakan hari ini, Jokowi akan menang," kata Philips saat dihubungi, Ahad, 27 Oktober 2013.Ia juga menyatakan, jika survei dilakukan dengan mencopot para calon yang bukan ketua umum atau petinggi partai politik, hasilnya akan berbeda. Ketua Dewan Pembina Partai Gerinda Prabowo Subianto diduga akan menempati posisi pertama dengan elektabilitas tertinggi. Prabowo diduga unggul. Sebab, dalam survei umum, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus ini menempati urutan kedua, di bawah Joko Widodo. Dalam surveinya, CSIS mencatat Jokowi memperoleh tingkat elektabilitas sebesar 28,6 persen dan Prabowo sebesar 15,6 persen. Keduanya mengungguli calon lain, seperti Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie pada posisi ketiga dengan 7 persen, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebesar 5,4 persen, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa sebesar 2,2 persen, dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md. sebesar 2,4 persen. "Dahlan dan Mahfud yang bukan dari partai juga di bawah Jokowi dan Prabowo," kata Philips. Meski demikian, menurut dia, hasil survei CSIS ini hanya mencatat tingkat elektabilitas. Sedangkan proses pencalonan presiden adalah proses politik yang dapat merelatifkan seluruh hasil survei. Jokowi, menurut dia, meski memiliki elektabilitas tinggi, nasibnya untuk menjadi capres bergantung pada kebijakan politik PDI Perjuangan. Demikian juga pada calon presiden lainnya yang harus melalui proses pencalonan tiap partai politik. "Juga ditentukan hasil pemilihan umum legislatif. Jika partainya tak dapat memenuhi syarat pengajuan calon, semua tingkat elektabilitas itu tak berlaku," kata Philips.Sebelumnya, Prabowo Subianto diposisikan menduduki peringkat teratas sebagai calon presiden tua yang paling dipilih menurut sigi Political Weather Station (PWS). Prabowo meraup 16,7 persen suara dari 1.070 responden, mengalahkan Megawati Soekarnoputri (12,5 persen) dan Aburizal Bakrie (10,9 persen).FRANSISCO ROSARIANSTopik terhangat:Misteri Bunda Putri | Gatot Tersangka | Suap Akil Mochtar | Dinasti BantenBerita lainnya:Jokowi: Blusukan di Jakarta Bikin NangisDemokrat Ditelanjangi, Ical: Bukan TV OnePelaku Memanggil Adiguna Sutowo dan IstrinyaMau Untung Besar dari Sengon, Ini Rumus Jokowi
Razia Topeng Monyet, Ridwan Saidi: Jokowi Dulu Tidur Sama ...
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta : Kebijakan Jokowi memberangus topeng monyet di Ibukota diprediksi akan menjadi batu sandungan bagi Gubernur DKI Jakarta itu. Popularitas pria bernama lengkap Joko Widodo itu diprediksi akan turun.
"Kebijakan itu bisa menurunkan popularitas. Di bawah, orang sudah nggak suka, karena banyak yang sudah menyiarkan keluhan-keluhan dari orang topeng monyet, kan mereka kerja halal," kata budayawan Ridwan Saidi di Jakarta Pusat, Sabtu (26/10/2013).
Menurut Ridwan, kebijakan Jokowi memberantas topeng monyet di Jakarta kurang tepat. Sebab, kebijakan serupa harus diterapkan pada binatang lain.
"Jokowi razia topeng monyet itu salah. Apanya yang sayang binatang. Macan di kebun binatang juga disiksa, kan dia tidak mau dikurung dalam kandang. Seaworld juga harus ditutup karena lumba-lumba disuruh nyundul-nyundul bola, apa dia senang," tutur Ridwan.
Tak hanya berpengaruh pada popularitas Jokowi. Ridwan mengatakan kebijakan ini juga bisa berimbas pada PDIP yang mengusung Jokowi. Apalagi selama ini PDIP seolah mempertaruhkan popularitasnya kepada Jokowi.
"Kan PDIP pertaruhkan popularitas partainya ke Jokowi, tidak pada Bu Mega. Ini lampu merah bagi PDIP dan bisa jadi krisis kalau terus mainkan isu Jokowi. Karena perjalanan sebagai gubernur day by day disorot rakyat, dan kenapa dia sekarang sasar topeng monyet. Lah dulu dia tidur sama gembel, kok sekarang gembel diudak-udak," cetus Ridwan.
Ridwan menyarankan agar PDIP kembali menempatkan Megawati sebagai tokoh sentral. Bila tidak, partai lain akan dapat keuntungan. Salah satu partai yang dapat mengambil kesempatan ini adalah Partai Gerindra. Sebab, Jokowi tak bisa lepas dari Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang menjadi jago Gerindra.
"Orang jadi tertarik pada Ahok. Yang rada rasional lihat Ahok lebih genuine. Dia lebih asli. Dia bicara punya argumen, nggak pernah kalah argumentasi. Kalau Pak Jokowi misalnya, ada kebakaran, yang mati 62. Dia jawab emang saya yang matiin. Itu bukan jawaban. Kita bukan cari pelaku kebakaran, tapi ini nggak bisa seperti era sekarang harus jawab pertanyaan dengan rasional saat jawab pertanyaan gitu," tandas Ridwan. (Eks/Sss)
Minggu, 27 Oktober 2013
Prabowo
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT JAKARTA -- Survei yang dilakukan Solidaritas Rakyat Peduli Indonesia menyebutkan Prabowo Subianto dan Joko Widodo alias Jokowi merupakan dua tokoh yang paling banyak diperbincangkan masyarakat di Media Sosial Jakarta terkait dengan calon presiden.
"Perbedaannya, Prabowo lebih dominan di isu nasional dan internasional, sebaliknya Jokowi dominan dalam isu-isu terkait dengan permasalahan di lokal DKI Jakarta," kata Ketua Dewan Pakar Solidaritas Rakyat Peduli Indonesia (Sorpindo) Agung Suprio dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Ahad (27/10).
Sebagai perbandingan, ujar Agung, isu Korupsi di Indonesia, Prabowo banyak diperbincangkan di media sosial soal pertanyaan publik terkait komitmennya dalam memberantas korupsi.
Sementara itu, dia mengatakan bahwa Jokowi dominan dalam isu korupsi (47 persen), tetapi lebih banyak diperbincangkan dalam isu lokal mengenai Lurah Susan dan status tersangka Lurah Ceger.
"Di sisi lain di isu nasional dan internasional seperti pangan dan perlindungan TKI, misalnya, Prabowo (47 persen) dan disusul Aburizal Bakrie (22 persen) lebih dominan dalam merespons dan diperbincangkan publik, sementara di isu yang sama, sangat minim respon dan perbincangan publik mengenai sikap Jokowi dalam isu tersebut," ujarnya.
Agung menjelaskan bahwa riset Sorpindo tersebut dilakukan untuk memetakan persepsi dan keinginan masyarakat Indonesia tentang kriteria Presiden Republik Indonesia pada tahun 2014.
Perekaman dan analisis data, menurut dia, dilakukan dengan teknologi SONAR (Social & Online Media Analytic Research) yang merekam pembicaraan di 15 besar situs berita di Indonesia serta perbincangan publik di Twitter, Facebook, Kaskus, Blog, dan media sosial lainnya selama September--Oktober 2013.
"Dari hasil pemetaan dan analisis kami, ada lima besar isu yang diperbincangkan publik di media sosial, yakni berturut-turut isu korupsi (44 persen), pangan (22 persen), energi (9 persen), pertahanan dan keamanan (5 persen), dan isu TKI (3 persen)," katanya.
Sementara itu, menurut Agung, bakal capres yang diteliti dalam riset ini adalah nama-nama yang sudah familier di publik dan potensial menjadi capres pada Pemilu 2014, yakni Jokowi, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Mahfud MD, dan Dahlan Iskan.
Dia mencontohkan respons responden terkait dengan isu energi, Jokowi lebih dominan daripada Prabowo, Aburizal Bakrie, maupun Dahlan Iskan. Namun, dominasi Jokowi lebih pada isu lokal mobil murah dan polemik kemacetan.
"Sementara Prabowo dan Aburizal Bakrie walaupun berada di bawah Jokowi dalam isu energi, lebih banyak merespons isu-isu nasional seperti kedaulatan energi, ketersediaan energi pada masa depan, dan upaya energi yang lebih murah pada masa depan," ujarnya.
Jokowi: Blusukan di Jakarta Bikin Nangis
Minggu, 27 Oktober 2013 | 05:06 WIB
Jokowi Blusukan ke Taman Hutan Kota Penjaringan, Jakarta Utara. Dok/Linda Trianita
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Yogyakarta - Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo mengatakan tujuannya blusukan bukan hanya untuk memahami permasalahan rakyat di lapangan. Menurut dia, blusukan juga bisa mengasah rasa kemanusian pejabat. "Anda bisa menangis kalau blusukan di Jakarta," kata Jokowi ketika berbicara dalam Seminar Dialog Tokoh "Hutan untuk Kemakmuran rakyat" di Balairung Gedung Pusat UGM pada Sabtu, 26 Oktober 2013. Pernyataan itu disampaikan Jokowi setelah seorang mahasiswa mengajukan pertanyaan mengenai alasannya gemar blusukan. Mahasiswa dari Fakultas Kehutanan UGM itu juga menanyakan manfaat metode blusukan tersebut. Jokowi menjawab pertanyaan itu dengan mempersilakan akademisi UGM meniru aksi blusukannya di Jakarta. Dia mengatakan akademisi UGM bisa melakukan blusukan terlebih dahulu ke lantai atas gedung-gedung megah di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta. Setelah menyambangi gedung dengan fasilitas mewah di Jakarta, Jokowi menyarankan akademisi UGM langsung menyambangi salah satu kawasan terkumuh di Jakarta, seperti di Penjaringan. "Apabila anda tidak menangis, anda bukan manusia," ujar Jokowi. Mantan Walikota Solo itu menunjukkan kepada peserta seminar salah satu foto kawasan kumuh di Penjaringan, Jakarta. Foto itu menggambarkan rumah-rumah berdinding triplek dan beratap seng yang berdiri di atas perairan yang penuh sampah. "Di Jakarta ada 360 tempat seperti ini," kata Jokowi. Dia mengatakan pejabat setingkat gubernur di Jakarta pasti akan kesulitan mengetahui secara pasti kondisi seperti ini apabila hanya duduk di kantor. Menurut Jokowi di birokrasi pemerintahan, mayoritas pegawai sering memberikan informasi tidak akurat. "ABS (Asal Bapak Senang) saja mereka," ujar Jokowi. Jokowi mengaku melihat banyak rumah-rumah kumuh di Jakarta dihuni oleh lima hingga delapan orang. Di ruang-ruang sempit itu, penghuninya biasa tidur secara bergantian. "Ketika mereka menolak dipindah ke rusun, saya ajak makan-makan dan bareng melihat isi rusun yang ada televisi dan kulkas kecil. Sekali melihat, wajar, mereka langsung setuju pindah," ujar dia. Jokowi menyimpulkan permasalahan mendasar di Indonesia bukan pada tidak adanya instrumen kebijakan. Dia mengatakan masalah utama selama ini ialah tidak adanya sistem yang membuat kebijakan mudah dioperasionalkan di lapangan. "Anggaran ada, tapi rakyat tak mampu mengakses karena sistem yang mengoperasionalkan kebijakan tidak terbangun. Fakta ini tidak bisa diketahui jika tidak turun ke bawah," kata Jokowi. ADDI MAWAHIBUN IDHOMBerita terpopuler:Prabowo: Hakim Bisa Disogok, Apalagi Wartawan Evan Dimas Masuk Rumah SakitDaftar Tangan Kanan Adik Atut di Banten Jokowi Melejit, Prabowo Kritik Lembaga Survei Soal SMS, Anas: Saya Yakin dari SBYLurah Pulogadung Ditangkap, Ahok Puji Kejaksaan
Jokowi Kejar
Minggu, 27 Oktober 2013 | 13:43 WIB
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Tempo/Dian Triyuli Handoko
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta - Ada kejadian lucu pada penyelenggaraan Jakarta Marathon yang berlangsung Ahad, 27 Oktober 2013. Gubernur Jakarta Joko Widodo sempat melakukan aksi kejar-kejaran dengan pelari asal Kenya, Stephen Tum, ketika di garis finis.Dalam perhelatan Mandiri Jakarta Marathon yang diadakan di Monumen Nasional, Ahad, 27 Oktober 2013, sejumlah menteri seperti Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu, Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo, dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, serta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menyambut para pemenang lari full marathon di garis finis.
Sesampainya di garis finis, juara pertama maraton pria, William Cabar, dikalungkan tanda pemenang oleh Menteri Marie. Pada saat juara kedua maraton pria menyelesaikan lomba, giliran Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang bersiap-siap mengalungkan tanda pemenang.Jokowi yang mengenakan kaus merah dan celana pendek hitam sudah menunggunya di depan garis finis. Namun, pelari Kenya, Stephen Tum, itu seakan tidak menyadari kedatangan Jokowi. Dia malah terus berlari setelah melewati garis finis. Jokowi pun panik dan mengejar Stephen. Awalnya, pelari berpostur tinggi langsing itu tak menyadari dirinya dipanggil, hingga Jokowi berhasil menjawil pundak Stephen.
Hap! Akhirnya tanda pemenang itu dikalungkan. Sontak para menteri tertawa melihat kejadian itu. Bahkan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo tertawa geli melihat Jokowi mengejar pelari Kenya. Setelah berkumpul lagi dengan para menteri, Jokowi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa malu.Lomba maraton pertama di Jakarta ini diikuti oleh 10 ribu peserta dari Indonesia dan luar negeri. Lomba terbagi atas empat kategori, yaitu 5 kilometer, 10 kilometer, half marathon 21 kilometer, dan full marathon 42 kilometer. Rute terpanjang melewati sebagian jalan protokol, seperti Jalan Jenderal Sudirman, Jalan M.H. Thamrin, Gatot Subroto, Rasuna Said, hingga kawasan Pancoran dan Kota Tua.
ANGGRITA DESYANI
Survei PWS: Jokowi Figur Muda Potensial
Tribunnews.com/Arief Wicaksono
Gubernur DKI Jakarta, Jokowi di acara Mandiri Marathon Day 2013, di Jakarta, Minggu (27/10/2013).
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo kembali unggul dalam sebuah survei. Kali ini Jokowi unggul dalam survei yang dilakukan oleh Political Weather Station (PWS) mengenai figur potensial.
Dalam survei tersebut Jokowi mengalahkan para figur dari partai politik dengan persentase paling tinggi sebesar 70,1 persen. Selain Jokowi, tidak ada figur yang mendapatkan persentase diatas 50 persen.
Imam Sofyan, Peneliti PWS menuturkan, selain Jokowi, dalam survei PWS nama Priyo Budi Santoso dan Hary Tanoesoedibjo dinilai responden sebagai figur muda potensial di partainya masing-masing.
"Jokowi menempati posisi tertinggi dengan 70,1 persen, Priyo 39,3 persen dan Hary Tanoe dengan 25,5 persen," kata Imam di Hotel Century, Jakarta, Minggu (27/10/2013).
Imam menjelaskan, untuk kategori tokoh muda dan alternatif PWS melakukan pengumpulan data dengan teknik pertanyaan terbuka. Menurutnya, tingginya modal sosial dan politik yang dimiliki ketiganya harus dimanfaatkan secara maksimal oleh partai mereka.
"Sebelumnya kami membuat survei internal partai, dan ini merupakan tokoh muda alternatif yang mendapatkan suara tinggi," ujarnya.
Imam menjelaskan, Survei PWS dilakukan pada 21 September hingga 24 Oktober 2013 di 34 provinsi dengan jumlah responden sebanyak 1.070 orang yang sudah memiliki hak pilih pada Pemilu 2014. Adapun tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dengan margin of error +- 3 persen.
"Pengambilan data melalui teknik wawancara dengan bantuan kuesioner," tuturnya.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Jokowi: Tetap Saya yang Lebih Dulu Sampai Puncak
Jokowi saat berfoto dengan anggota mapala silvagama usai acara reuni emas fakultas kehutanan ugm
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Tak hanya suka 'blusukan', Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ternyata mempunyai hobi naik gunung. Hobi yang disebutnya dengan kegiatan "mbois" ini dimulai ketika dia menjadi anggota Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (Silvagama).
Dalam acara Reuni Emas Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabtu (26/10/2013), Jokowi menuturkan, selama kuliah dia memiliki hobi mendaki gunung.
Beberapa gunung di Jawa maupun di luar Jawa pernah didaki bersama teman-temannya di Silvagama. "Tahun 1983 saya bersama 16 orang mendaki gunung Kerinci. Dari 16 saya yang badannya paling kecil," tutur Jokowi di depan ratusan alumni Fakultas Kehutanan UGM.
Meski paling kecil di antara teman-temannya, Gubernur DKI Jakarta ini mengaku tak merasa kecil hati. Bahkan, dari 16 orang yang ikut serta dalam ekspedisi pendakian Gunung Kerinci kala itu, Jokowi menjadi orang pertama yang berhasil sampai di puncak gunung dengan ketinggian 3.805 mdpl itu.
"Yang lain badannya 'keker-keker', Saya yang paling kecil. Dulu badan saya lebih kecil dari sekarang, tapi tetep Jokowi yang sampai di puncak lebih dulu," ucapnya sambil tertawa.
Dia mengungkapkan, perjalanan dari Yogya menuju Gunung Kerinci kala itu ditempuh dengan naik bus. Sebab, modal mereka menuju ke Kerinci hanya niat. Uang yang dibawa juga tidak banyak. "Badan 'glumut' (kotor), tapi 'mbois' bisa sampai puncak," tandasnya.
Dalam acara Reuni Emas Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi mendapat kenang-kenangan berupa Kaos lapangan Mahasiswa Pecinta Alam Silvagama dan foto saat ekspedisi pendakian Gunung Kerinci. Kaos tersebut bertuliskan nama " Jokowi".
"Saya cari-cari tidak pernah nemu. Akhirnya sekarang saya dapat fotonya jaman naik Gunung Kerinci," ungkapnya sambil tertawa.
Sabtu, 26 Oktober 2013
Saat Kuliah, Jokowi Pernah Naik Gunung Kerinci
Sabtu, 26 Oktober 2013 | 18:08 WIB
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi). TEMPO/Tony Hartawan
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Yogyakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menerima hadiah berkesan dari yuniornya di organisasi pecinta alam, Mapala Silvagama Fakultas Kehutanan UGM. Hadiah itu dia terima ketika Jokowi menyambangi kampus almamaternya pada Sabtu, 26 Oktober 2013. Seusai menjadi pembicara dalam seminar dan dialog bertema "Hutan untuk Kemakmuran Rakyat" di Balairung Gedung Pusat UGM, Jokowi menerima hadiah berupa foto kenangan saat dia mendaki Gunung Kerinci. Jokowi mengatakan, foto itu diambil saat dia bersama 16 rekannya di Mapala Silvagama mendaki Gunung Kerinci pada 1983. Alumnus Fakultas Kehutanan tahun 1985 itu sempat diinterupsi teman-temannya karena salah menyebut jumlah rombongan pendaki sebanyak 18 orang. "Kurang dua saja diprotes," kata Jokowi. Menurut dia, rombongan pendaki belia itu berangkat menuju Gunung Kerinci dari Yogyakarta dengan menumpang bus. Bekal uang yang dibawa saat itu hampir tak cukup. "Untungnya sampai juga di Kerinci," kata Jokowi. Dalam ingatan Jokowi, hampir semua anggota rombongan pendaki Mapala Silvagama saat itu bertubuh gempal, kecuali dia. Namun, Jokowi melanjutkan, tubuhnya yang kerempeng saat masih kuliah tidak mengurangi kepiawaiannya mendaki gunung. "Saya tetap yang pertama sampai di puncak Kerinci," ujar dia. Selain memberikan hadiah foto Jokowi saat mendaki Gunung Kerinci, aktivis Mapala Silvagama juga memberikan seragam resmi organisasi pecinta alam itu kepada Jokowi. Mereka meminta Jokowi segera mengenakan seragam dengan bet nama Jokowi dan nomor anggota 0216 tersebut di tempat. "Bajunya agak kekecilan, tapi foto ini mengesankan. Saya sudah lama cari, tapi tidak berhasil menemukan yang ini," ujar Jokowi. ADDI MAWAHIBUN IDHOMBerita Terpopuler: Prabowo Mengaku Berkiblat ke BaratDaftar Tangan Kanan Adik Atut di Banten Samsung Galaxy Tab 3 10.1 Berprosesor IntelDisadap, Merkel Minta Kerja Sama Eropa-AS DikajiDiminta Bekerja Sama dengan FPI, Ahok Bingung
Datang ke UGM, Jokowi 'Dikerjain' Rektor
Sabtu, 26 Oktober 2013 | 17:51 WIB
Ekspresi Jokowi saat mengikuti acara "Meeting of The Governors and Mayors of the Capitals ASEAN" di JW Mariot Hotel, Jakarta, (19/09). Tempo/Dian Triyuli Handoko
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Yogyakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi menyambangi kampus almamaternya, Universitas Gadjah Mada (UGM), untuk menghadiri rangkaian kegiatan Reuni Emas Fakultas Kehutanan Angkatan 1963-2013 pada Sabtu, 26 Oktober 2013.Panitia reuni mengundang Jokowi untuk berbicara dalam seminar dialog tokoh bertema "Hutan untuk Kemakmuran rakyat". Jokowi menjadi pembicara bersama Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dan Rektor UGM Pratikno.Saat berbicara di dalam diskusi, Pratikno sempat mengatakan, Jokowi pasti memiliki banyak kenangan di Kampus Biru, julukan UGM. "Entah kenangan mendapatkan cinta atau malah ditolak," ujar dia.Namun, Pratikno mengaku yakin banyak alumni perempuan yang datang di acara itu merasa kecewa apabila pernah menolak Jokowi. "Ibu-ibu alumni yang pakai baju putih pasti ada yang berharap gedung lama kampus kehutanan segera dibongkar, biar kenangan pahitnya hilang," ujar Pratikno bergurau.Acara yang digelar di pelataran hall pintu masuk Gedung Pusat UGM sisi utara alias Balairung UGM itu disesaki ratusan mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan. Belasan teman-teman satu angkatan dengan Jokowi juga tampak mengenakan baju berwarna putih, meniru pakaian yang dikenakan oleh bekas Wali Kota Solo itu. Sejak Jokowi datang menghadiri acara tersebut, pada Sabtu siang, peserta diskusi banyak mengelu-elukan nama Jokowi. Dia bahkan sudah dikerubuti mahasiswa dan alumni UGM untuk meminta foto bersama sejak pertama datang. Acara pun sempat tertunda setengah jam karena puluhan mahasiswa dan alumni UGM terus bergantian mengambil gambar Jokowi ketika duduk bersama Menteri Zulkifli di panggung pembicara. Seusai berbicara di diskusi yang berlangsung sekitar 1,5 jam itu, ratusan Mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan UGM lintas generasi kembali memuaskan keinginannya untuk berfoto bersama Jokowi. Sekitar setengah jam Jokowi bersedia meladeni permintaan foto bersama di tangga depan Gedung Pusat UGM sisi utara. Jokowi juga meladeni permintaan foto bersama dari belasan mahasiswa anggota Mapala Silvagama, organisasi di Fakultas Kehutanan UGM, tempatnya aktif menjadi pecinta alam semasa kuliah. Jokowi bersedia memakai seragam resmi Mapala Silvagama yang diberikan juniornya kepada dia di akhir acara. Seragam itu berkelir hitam dengan nama bet Jokowi dan nomor anggota 0261.Kehebohan masih berlanjut ketika Jokowi melangkahkan kaki untuk menyambangi kampus Fakultas Kehutanan, yang berjarak 200-an meter dari Gedung Pusat UGM. Teman-temannya semasa kuliah menggiring Jokowi memasuki aula pertemuan di bagian depan Fakultas Kehutanan. Di sana, ratusan orang kembali memuaskan keinginannya berfoto bersama Jokowi.
Di Kampus UMS Jokowi Berkisah Pengalaman Benahi Kota Jakarta
Tribun Jateng/Galih Priatmojo
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo saat berorasi di depan auditorium Muhammad Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (26/10/2013).
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Galih Priatmojo
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Feti Astriyaningsih tampak menyesak diantara para wartawan yang berkerumun mengelilingi Gubernur DKI Joko Widodo di depan auditorium Muhammad Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Sambil menggenggam kuat handphonenya yang berwarna merah, remaja semester I jurusan Pendidikan Akuntansi tersebut dengan susah payah mencoba mengambil gambar tokoh yang belakangan populer disebut sebagai kandidat terkuat sebagai calon presiden tersebut.
"Duh susahnya, tapi Alhamdulillah dapat fotonya Pak Jokowi," ujar Feti yang mengenakan almamater warna biru, Sabtu (26/10/2013).
Feti mengaku sangat kagum dengan kharisma yang dimiliki Jokowi. Menurutnya, mantan Wali kota Surakarta tersebut meski berperawakan kurus tapi gebrakan dan performanya sungguh luar biasa. Dia berujar dengan metode blusukannya tersebut, Jokowi adalah sosok pemimpin yang merakyat dan sederhana.
"Fisiknya tak mencerminkan kemampuannya. Meski kurus tapi dia hebat bisa mengubah Jakarta yang dulu susah diatur kini di tangannya bisa disulap jadi baik," ungkapnya.
Dalam rangka hari jadi ke-55 Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jokowi sengaja diundang oleh civitas UMS untuk memberikan orasi mengenai pengalamannya selama hidup hingga menjabat sebagai gubernur di ibu kota.
Dalam orasinya, Jokowi menyebut bahwa sejumlah prestasi yang dicapainya selama satu tahun memimpin Jakarta adalah karena rajin turun ke lapangan. Menurutnya sebagai pemimpin hendaknya tak boleh malas untuk turun ke lapangan, mau melihat langsung kondisi riil masyarakatnya.
Baginya pendekatan seperti itu penting, disamping mengetahui akar masalah yang ada di lapangan, interaksi secara langsung dengan masyarakat merupakan bagian dari membangun kepercayaan kepada si pemimpin untuk menata kotanya.
"Pemimpin itu ya harus bisa menguasai medan, kalau nggak turun ke lapangan mana tahu kita misalnya seperti saat penertiban di Tanah Abang itu ternyata preman disana bisa mengeruk untung sampai 6 miliar rupiah per bulannya dari iuran pedagang. Nah kalau kita cuma monitor saja di ruang kantor mana bisa menyelesaikan soal Tanah Abang itu. Kita interaksi dengan warga itu juga menimbulkan efek trust dari mereka ke kita. Gimana bisa percaya sama pemimpinnya kalau nggak pernah dialog langsung," ungkapnya.
Jokowi yang saat berorasi mengenakan kemeja khasnya berwarna putih lengan panjang dan celana panjang warna hitam itu bercerita saat melakukan blusukan ke Tanah Tinggi yang letaknya tak jauh dari kantor tempatnya bertugas. Dia menemukan banyak masyarakat di kawasan tersebut yang sakit tapi tak mampu mendapatkan pengobatan yang layak. Banyak diantaranya yang hanya berbaring saja di rumah karena tak mampu membeli obat.
"Dari temuan-temuan itu di lapangan kemudian saya meluncurkan yang disebut Kartu Jakarta Sehat. Begitu saya dilantik Oktober tahun lalu, bulan November saya sebar itu KJS. Meski sempat mendapat ganjalan dari para dewan rakyat tapi mau nggak mau itu harus segera diadakan karena memang faktanya di Jakarta banyak warga yang tak mampu mendapatkan layanan kesehatan secara baik dan terjangkau," ungkapnya.
Dia juga mencontohkan terkait peluncuran program Kartu Jakarta Pintar (KJP). Menurutnya problem pendidikan bukan hanya soal gratis atau tidak, tapi ada 13 komponen pendidikan yang juga harus terpenuhi bagi warga. Fakta di lapangan membuktikan meski sekolah gratis tapi mereka tak mampu beli seragam sekolah, sepatu dan peralatan belajar.
Selain blusukan, Jokowi juga punya trik jitu lain agar masyarakat mau percaya dengan program yang akan dilaksanakannya. Dia menyebut makan bersama dengan warga juga punya efek ampuh untuk menyelesaikan suatu permasalahan di masyarakat. Buktinya, melalui jamuan makan relokasi warga Waduk Pluit dan penertiban PKL di Tanah Abang berhasil diselesaikan.
"Bayangkan 27 tahun rusun Marunda itu dibiarkan terbengkalai sementara warga di Waduk Pluit tinggal dengan kondisi lingkungan yang buruk, awalnya mereka nggak mau disuruh pindah lalu saya ajak makan di ruang makan wali kota yang biasa untuk menjamu tamu luar negeri dan pejabat. Sampai dua kali kita makan-makan, akhirnya mereka mau," ujarnya.
Rencananya dalam waktu dekat Jokowi selain akan menyelesaikan pembangunan proyek monorail dan MRT, juga akan membangun sekitar 200 blok rusun yang modelnya diadopsi seperti di Shanghai, Cina dan Singapura.
Sementara itu, dalam sambutannya Rektor UMS Prof Dr Bambang Setiaji atas nama civitas memberikan gelar doktoral honoris causa kepada Jokowi. Menurutnya gelar tersebut sebagai bentuk penghargaan atas kinerja dan kepemimpinannya selama ini. Bambang mengatakan sosok Jokowi itu langka, pribadinya yang sederhana, polos tapi tegas tersebut jarang dimiliki para pemimpin saat ini. Sosok Jokowi menurutnya merupakan pribadi yang lengkap sebagai calon pemimpin Indonesia kelak.
Dalam acara dua jam tersebut selain dihadiri oleh civitas akademik UMS, juga terdapat sejumlah pejabat daerah diantaranya Bupati Sukoharjo, perwakilah PP Muhammadiyah, serta pejabat TNI dan Polri setempat. (gon)
Farhat Abbas: 1 Tahun Pimpin Jakarta, Jokowi
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta : Penertiban topeng monyet ala Gubernur DKI Jakarta Jokowi dan Wagub Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok juga turut dikomentari pengacara kondang Farhat Abbas. Dari sederet kebijakannya selama setahun memimpin Ibukota, Jokowi dinilai gagal menepati janji kepada warga Jakarta.
"Soal 1 tahun Jokowi-Ahok, saya mengambil kesimpulan bahwa Jokowi ngerusak monyet dan Jokowi dirusak monyet," ceplos Farhat saat berbincang dengan JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT di Jakarta, Jumat malam (25/10/2013).
"Artinya, jangankan menepati janjinya kepada rakyat, justru dia malah baru memberikan janjinya kepada monyet. Karena dia akan mengurus monyet," ungkapnya.
Menurut Farhat, masih banyak yang harus dikerjakan Jokowi selain mengurusi masalah topeng monyet. Salah satunya soal kasyus video porno yang melibatkan siswa SMP di Jakarta Pusat. Apalagi praktik mesum itu dilakukan di dalam sekolah.
"Padahal video porno anak-anak sekolah di Jakarta lagi marak dan itu seharusnya jadi prioritas karena ini menyangkut moral anak bangsa," tuturnya.
"Jadi saat ini Jokowi hanya menabur janji dan bukan menepati janji. Dan menabur janjinya kepada monyet," pungkas Farhat. (Ndy)
Jokowi Melejit, Prabowo Kritik Lembaga Survei
Sabtu, 26 Oktober 2013 | 05:54 WIB
Prabowo Subianto Djojohadikusumo. TEMPO/Aditia Noviansyah
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT , Jakarta:Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan bahwa survei sekarang dilakukan berdasarkan pesanan yang membayar. "Saya ini orang yang apa adanya," kata dia di kantor Tempo. "Praktisi. Pragmatis. Survei itu kan siapa yang pesan dan siapa yang bayar. Saya banyak survei, banyak di atas."Prabowo tengah gencar menggalang dukungan guna meloloskan Partai Gerindra pada batasan parlemientary threshold atau batas terkecil partai politik masuk parlemen. Partai Gerindra pun sudah mengumumkan Prabowo sebagai kandidat calon presidennya pada 2014. Karena itu, Partai Gerindra berambisi memenuhi batasan partai politik mengusung calon atau harus berkoalisi dengan partai lain. Di tengah kontroversi indepensi lembaga survei dan perlunya pengawasan, nama Prabowo memang muncul teratas dalam sejumlah jajak pendapat. Salah satunya, lembaga survei yang menamakan diri Focus Survey Indonesia. Lembaga ini menempatkan Prabowo sebagai bakal calon yang elektabilitasnya melewati angka 25 persen. Tokoh-tokoh lain seperti Megawati Soekarnoputri, Jokowi, Wiranto, dan Hatta Rajasa seluruhnya di bawah 15 persen. FSI menggunakan metodologi wawancara tatap muka terhadap 10 ribu responden yang tersebar di 5.000 desa dari 21 provinsi. Wawancara tatap muka itu dilakukan dalam 10 hari, sepanjang 10-28 Juli 2013.WAYAN AGUS | WANTO
Amir Imbau Politisi PD Tak Serang Jokowi, Tapi Lakukan Introspeksi ...
Indra Subagja - JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT
Amir Syamsuddin
Jakarta - Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat (PD) Amir Syamsuddin meminta agar kolega partainya tak menyerang lawan politik yang tengah populer. Imbauan ini disampaikan Amir menyusul ada politisi PD yang menyerang Jokowi.
"Upaya meningkatkan popularitas diri dengan menyerang saingan politik yang sedang sangat populer di mata masyarakat akan kontra produktif," kata Amir kepada JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jumat (25/10/2013).
Beberapa politisi PD memang terpancing menyerang Jokowi. Serangan itu terkait masa satu tahun Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Sebaiknya lebih baik banyak berkaca dan introspeksi atas kekurangan dan mulai melakukan koreksi diri dan belajar strategi komunikasi massa yang lebih cerdas," jelas Amir.
Amir secara khusus meminta kader PD untuk konsentrasi dalam membesarkan partai dengan memberi kontribusi kepada rakyat.
"Hiangkan kebiasaan mencari-cari kesalahan dan mulailah menyadari apa yang kurang dan perlu diperbaiki dari diri sendiri," tutupnya.
Kritik keras terhadap Jokowi sebelumnya dikatakan Wakil Ketum PD Nurhayati Ali Assegaf. Baginya kasus kebakaran seribu rumah dalam satu hari merupakan potret buruk kinerja Jokowi.
Tak hanya soal kebakaran, Ketua Fraksi PD di DPR ini juga menyebut Jokowi melupakan janji kampanyenya soal mobil murah. Sebab Jokowi menolak kehadiran mobil murah di Jakarta.
(ndr/fdn) Ikuti berbagai peristiwa hangat yang terjadi hari ini di "Reportase Sore" pukul 16.30 WIB, hanya di Trans TV
Javascript harus diaktifkan terlebih dahulu
Lapsus
Redaksi: redaksi[at]detik.com Informasi pemasangan iklan hubungi : sales[at]detik.com