Senin, 30 September 2013
Serangan kepada Jokowi Tak "Dibeli" Publik
Soal Parkir Liar, Solo Tak Ikut Cara Jokowi
Jumat, 27 September 2013
Lobi Makan Siang, Jurus Jokowi Luluhkan Warga
Jum'at, 27 September 2013 | 21:14 WIB
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ketika menyaksikan proses pembagian sembako di Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, (4/8). Jokowi membagikan 4.000 paket sembako kepada warga. Tempo/Dian Triyuli Handoko
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta -- Gubernur Jakarta Joko Widodo punya senjata ampuh yang dia andalkan untuk membuat warga mengikuti program pemerintah. Alih-alih memberi sanksi , Jokowi, begitu dia biasa disapa, lebih menyukai taktik lobi jamuan makan siang. Sudah beberapa kali Jokowi mengundang para warga yang berkeras menolak program pemerintah. Jokowi mengklaim sebagian besar takluk setelah makan siang. Ia mencontohkan warga Waduk Pluit, Jakarta Utara, yang kini dianggap jarang terlihat protes. Padahal, mereka bisa berdemo lebih dari sekali dalam seminggu di depan Balai Kota, kantor Jokowi.Di depan mahasiswa dan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Widuri, Jakarta Barat, Jokowi membanggakan teknik lobinya itu. Ia bercerita, ketika mengundang penduduk, Jokowi tidak langsung membicarakan persoalan. "Makan siang dulu sampai kenyang," katanya Jumat, 27 September 2013.Jokowi sengaja membuat tamu undangannya kenyang. Tujuannya agar dapat diajak berdiskusi dengan tenang dan pikiran adem. Setelah itu, barulah Jokowi mengeluarkan kartu As-nya. "Jadi kapan, nih, mau pindahannya?" katanya mengingat ucapannya saat mengundang warga Waduk Ria Rio, Kamis, 26 September 2013. Jokowi meyakini pertanyaan setengah mengajak itu tidak akan ditolak. "Sudah makan, kan, engga enak dong kalau mau menjawab engga mau pindah," katanya sambil tertawa. Belakangan, warga menyetujui ajakan Sang Gubernur. Kendati demikian Jokowi mengingatkan lobi makan siang tidak cukup dilakukan sekali saja. "Kalau sekarang menemui tokoh masyarakat atau RT dan RW, setelah itu diundang premannya, kalau engga bisa berantem." Jokowi berencana mencoba jurus ini untuk melobi warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan, yang menolak kehadiran Lurah Susan Jasmine Zulkifli dengan alasan perbedaan agama. ANGGRITA DESYANI
Jokowi Berebut Kaos dengan Bocah di Blok G
Jum'at, 27 September 2013 | 19:17 WIB
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memberikan secara simbolis kunci kios kepada pedagang saat meresmikan Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta (2/9). TEMPO/Eko Siswono Toyudho
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta--Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, jadi rebutan pedagang saat mengunjungi Pasar Blok G Tanah Abang, Jumat 27 September 2013. Para pedagang yang berjualan di lantai 2 dan 3 berebut ingin didatangi sang Gubernur, sekedar untuk mendapat panglaris. Jokowi sempat mampir di sekitar tujuh kios di lantai dua dan tiga Blok G. Dia memborong berbagai pakaian seperti baju muslim, celana panjang, hingga kaus dengan sablon "I love Jakarta".Saat hendak turun, Jokowi tiba-tiba dikerubung anak-anak. "Pak mau kaosnya Pak, mau kaosnya," kata seorang bocah berbaju oranye. "Loh ini mau saya pakai kaosnya, kok malah diminta?" kata Jokowi.Jawaban Jokowi tak mempan meredakan keinginan bocah itu. Ia terus merajuk dan menarik-narik kaos putih bertuliskan "I love Jakarta" dari tangan Jokowi. Akhirnya Jokowi mengalah dan membiarkan kaos itu diambil.'Sukses' bocah berbaju oranye itu membuat bocah lain semangat. Mereka merangsek dan ikut meminta kaos. Jokowi hanya geleng-geleng. Pengawal akhirnya menjauhkan para bocah itu dan menggiring Jokowi sampai masuk mobil.Di pasar, pedagang yang kebagian rezeki dari Jokowi memekik kegirangan. "Akhirnya, laku juga nih Rp 200.000," tutur Ahmad, penjual celana panjang di lantai 2.Tetapi pedagang lain yang tak dihampiri terpaksa gigit jari. Salah satunya Asniawati yang berjualan kaos. "Pak Jokowi kalau datang enggak pernah lewat di depan kios saya, ke sebelah sana terus," tuturnya. "Dulu saya bisa dapat Rp 300.000 - Rp 500.000 sehari, waktu masih di jalan, sekarang mah seratus ribu saja belum tentu."Kedatangan Jokowi di pasar Blok G menjadi penglaris seperti dua hari sebelumnya. Mereka berebut menarik Jokowi ke kiosnya masing-masing. Tangan kiri dan kanan Jokowi ditarik-tarik hingga Gubernur berbadan kurus itu sempoyongan. Pengawal pribadi Jokowi tak berdaya karena terhimpit-himpit para pedagang yang kelewat semangat. ANGGRITA DESYANITerhangat:Mobil Murah | Kontroversi Ruhut Sitompul | Mun'im Idris MeninggalBerita terkait:Begini Cara Jokowi Promosikan Blok G Tanah AbangJokowi: Mobil Murah Bikin Jakarta Tambah MacetJokowi Nyanyi dengan Musik Tanjidor di Blok G
Makna di Balik Peci Gus Dur untuk Jokowi
Sinta Nuriyah memberikan sebuah peci milik almarhum suaminya, Abdurrahman Wahid kepada Gubernur DKI Joko Widodo. Pemberian hadiah itu dilakukan usai Jokowi menjadi key note speaker Hari Lahir ke 9 Wahid Institute. | Fabian Januarius Kuwado
JAKARTA, JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Pemakaian peci milik mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, oleh istrinya, Sinta Nuriyah, kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bukan tanpa makna. Peci itu dipakaikan ke kepala Jokowi saat ia menjadi pembicara pada acara peringatan 9 tahun berdirinya Wahid Institute.
Peci itu menjadi simbol dukungan keluarga Wahid jika Jokowi maju mencalonkan diri pada Pemilihan Presiden 2014.
"Kalau mencalonkan diri, kita siap mendukung. Pak Jokowi layak didukung," ujar Ketua Wahid Institute Yenny Wahid, yang juga putri Gus Dur, saat dihubungi JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Kamis (26/9/2013).
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT/HENDRA A SETYAWAN Ketua Umum DPP Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) Zannuba Ariffah Wahid atau akrab dikenal Yenny Wahid memberikan keterangan pers terkait penolakan dirinya bergabung dengan Partai Demokrat di Jakarta, Selasa (16/4/2013). Yenny batal bergabung dengan partai Demokrat setelah sebelumnya berkonsultasi dengan sembilan kyai Nahdlatul Ulama yang meminta Yenny untuk tetap berjuang melalui PKBIB bukan yang lain.
Yenny mengungkapkan, dukungan terhadap Jokowi bukan mengalir kali ini saja. Menurutnya, keluarga Wahid juga mendukung ketika Jokowi mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ia mengatakan, perbedaan partai politik tak menjadi persoalan karena masyarakat bisa membedakan antara kualitas figur dengan partainya.
"Tidak peduli ia dari partai mana, tapi melihat figur tersebut kinerjanya bagaimana. Ini sebuah fenomena baru dan terjadi di Indonesia," lanjut Yenny.
Terlebih lagi, kata Yenny, Jokowi telah dianggap sebagai sosok yang mirip dengan almarhum Gus Dur. Jokowi dianggap bisa mengartikulasikan gagasan-gagasan mantan Presiden keempat RI itu. Hal itulah yang jadi pertimbangan keluarga Wahid mendukung wacana pencapresan Jokowi.
Sebelumnya diberitakan, Joko Widodo mendapatkan hadiah spesial saat menjadi keynote speaker pada Hari Lahir Ke-9 Wahid Institute pada Kamis (26/9/2013). Di akhir acara, Sinta Nuriyah menyematkan peci berbahan rotan warna krem serta garis coklat milik Gus Dur ke kepala Jokowi. Pemberian peci itu dilakukan di depan sejumlah tokoh yang juga hadir, seperti Akbar Tandjung, Wiranto, serta sejumlah tokoh lainnya.
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary
Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
Kamis, 26 September 2013
Warga Gembira Jokowi Akan Tata Waduk Tomang Barat
Kisah "Blusukan" Jokowi Tersiar hingga Amerika
Selasa, 24 September 2013
Sering Ada `Agenda Rahasia`, Ini Kata Jokowi
Soal Pelimpahan Wewenang, Kadis Perumahan Ikuti Instruksi Jokowi
Senin, 23 September 2013
Jokowi Siapkan Pesta PKL di Depan Balaikota
Jumat, 20 September 2013
Warga Kampung Apung Tuding Jokowi Berlaku Tak Adil
JAKARTA, JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Pembenahan sejumlah kawasan di Ibu Kota oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, mendapat tanggapan miring dari sejumlah warga di pemukiman lain, yang selama ini belum tersentuh perbaikan. Mereka pun menuding Jokowi pilih kasih.
Pernyataan bernada protes itu datang dari warga yang bermukim di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Menurut warga, pemukiman seperti tempat tinggal mereka lah yang seharusnya mendapat prioritas perbaikan dari Jokowi. Alasannya, mereka tinggal di tanah yang sah secara hak milik pribadi, bukan tanah negara.
"Dan kami tidak tinggal di bantaran Kali atau Waduk, tanahnya sah ada surat-suratnya. Kami setiap tahun bayar pajak lho," ujar Zuhri (55), salah satu warga saat ditemui JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Kamis (19/9/2013).
Warga pun menyatakan, Jokowi sejauh ini telah berbuat kurang adil. Perlakuan "istimewa" Jokowi justru diberikan kepada warga-warga yang menduduki tanah negara seperti di Waduk Pluit, Jakarta Utara atau di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Meski sudah melakukan pelanggaran, mereka malah dimanjakan dengan berbagai fasilitas.
Karenanya, warga Kampung Apung mendesak Jokowi segera menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi selama ini. Adapun tuntutan warga hanya satu, yakni kawasan yang telah tergenang banjir permanen sedalam dua meter selama 25 tahun itu, segera dikeringkan.
"Yang duduki tanah negara aja dikasih solusi, masak kita yang tanahnya sah dibiarkan begini terus," keluh Taryo (47).
Warga pun ingin berdialog dengan Jokowi, untuk sekadar membahas antara Kampung Apung dan Waduk Pluit. Menurut warga Kampung Apung, Jokowi pernah mengatakan bahwa Waduk Pluit diperuntukkan untuk tempat penampungan air, bukan tempat tinggal. Untuk itu, pemukiman-pemukiman liar di bantaran Waduk Pluit harus ditertibkan.
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com/Indra Akuntono Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat duduk bareng bersama Forum Mahasiswa Teknik Sipil Jakarta (FMTSJ), Rabu (7/11/2012). Dalam kesempatan ini para mahasiswa menuntut Jokowi menyelesaikan masalah banjir di Kampung Apung, Cengkareng, Jakarta Barat, yang selalu datang sejak 23 tahun lalu.
"Nah, di sini kebalikannya. Di sini tempat tinggal yang jadi tempat penampungan air," ujar Zuhri.
Salahkan Perumahan Mewah di Pluit
Seorang warga Kampung Apung lainnya, Marzuki (42) mengatakan bahwa banjir permanen yang dialami warga di daerah tempat tinggalnya, terjadi sejak pemukiman-pemukiman mewah mulai banyak berdiri di kawasan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, akhir 1980-an.
Menurut pria yang lahir dan besar di Kampung Apung tersebut, sebelum ada perumahan mewah, dulunya Pluit merupakan kawasan yang menjadi pusat tambak, baik itu tambak udang maupun tambak ikan bandeng.
"Banyak tambak, malah nyampe ke Kamal Muara. Bapak saya punya beberapa tambak," kenangnya.
Sementara Zuhri menceritakan, saat proyek pembangunan perumahan mewah di kawasan Pluit dimulai, sejak saat itulah, tambak-tambak di Pluit ditimbun dan dijadikan lahan untuk pembangunan perumahan mewah.
Namun dia menduga, pengembang tidak membangun drainase yang baik hingga menyebabkan kawasan di sekitarnya tergenang, tak terkecuali Kampung Apung yang dulu masih bernama Kampung Teko.
"Seingat saya tahun 1988. Mulai dibangun Pantai Indah Kapuk, Pantai Mutiara. Mulai tergenang yang di sini," ungkapnya.
Secara geografis, Kampung Apung yang terletak di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, berbatasan langsung dengan Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
Selain perumahan mewah di Pluit, faktor yang diduga menjadi penyebab banjir permanen di kawasan Kampung Apung yaitu pabrik-pabrik di kawasan Kedaung, Kali Angke. Dulunya, tempat tersebut merupakan sawah-sawah yang sangat luas.
"Jadi di sana (sisi utara) rumah mewah, di sananya lagi (sisi selatan) pabrik. Mulai tergenang di sini sampai ke Jalan Kapuk Raya. Orang yang tinggal di tepi jalan ninggiin tanahnya juga, makin tenggelam lah di sini sampai sekarang," jelasnya.
Luas lahan Kampung Apung sekitar 6 hektar, terletak tak jauh dari Jalan Kapuk Raya. Di kawasan yang dihuni sekitar 200 kepala keluarga ini, ketinggian air mencapai dua meter. Dua meter tersebut merupakan air kiriman yang menggenangi kawasan tersebut sejak dua puluhan tahun silam.
Genangan air kiriman juga menyebabkan limpahan sampah. Secara kasat mata, Kampung Apung tak ubahnya terlihat seperti area rawa yang jadi tempat pembuangan sampah, yang dipenuhi lalat, nyamuk dan ular.
Sebagian warga sudah menimbun tanah setinggi kedalaman air dan membagun rumah baru di atasnya. Namun bagi warga yang tidak memiliki uang, mereka memilih meninggikan rumah mereka di atas rumah yang tenggelam dengan kayu atau material non-permanen lainnya, sehingga terlihat kumuh dan tidak enak dipandang.
Di kawasan ini dulunya juga terdapat areal pemakaman. Namun saat ini areal tersebut sudah berubah menjadi rawa. Kantor pemakaman yang dulunya masih ada, saat ini sudah tak tampak karena ditenggelamkan genangan air beserta 3.810 makam.
Editor : Eko Hendrawan Sofyan
Warga Kampung Apung Tuding Jokowi Berlaku Tak Adil
JAKARTA, JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Pembenahan sejumlah kawasan di Ibu Kota oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, mendapat tanggapan miring dari sejumlah warga di pemukiman lain, yang selama ini belum tersentuh perbaikan. Mereka pun menuding Jokowi pilih kasih.
Pernyataan bernada protes itu datang dari warga yang bermukim di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Menurut warga, pemukiman seperti tempat tinggal mereka lah yang seharusnya mendapat prioritas perbaikan dari Jokowi. Alasannya, mereka tinggal di tanah yang sah secara hak milik pribadi, bukan tanah negara.
"Dan kami tidak tinggal di bantaran Kali atau Waduk, tanahnya sah ada surat-suratnya. Kami setiap tahun bayar pajak lho," ujar Zuhri (55), salah satu warga saat ditemui JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Kamis (19/9/2013).
Warga pun menyatakan, Jokowi sejauh ini telah berbuat kurang adil. Perlakuan "istimewa" Jokowi justru diberikan kepada warga-warga yang menduduki tanah negara seperti di Waduk Pluit, Jakarta Utara atau di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Meski sudah melakukan pelanggaran, mereka malah dimanjakan dengan berbagai fasilitas.
Karenanya, warga Kampung Apung mendesak Jokowi segera menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi selama ini. Adapun tuntutan warga hanya satu, yakni kawasan yang telah tergenang banjir permanen sedalam dua meter selama 25 tahun itu, segera dikeringkan.
"Yang duduki tanah negara aja dikasih solusi, masak kita yang tanahnya sah dibiarkan begini terus," keluh Taryo (47).
Warga pun ingin berdialog dengan Jokowi, untuk sekadar membahas antara Kampung Apung dan Waduk Pluit. Menurut warga Kampung Apung, Jokowi pernah mengatakan bahwa Waduk Pluit diperuntukkan untuk tempat penampungan air, bukan tempat tinggal. Untuk itu, pemukiman-pemukiman liar di bantaran Waduk Pluit harus ditertibkan.
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com/Indra Akuntono Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat duduk bareng bersama Forum Mahasiswa Teknik Sipil Jakarta (FMTSJ), Rabu (7/11/2012). Dalam kesempatan ini para mahasiswa menuntut Jokowi menyelesaikan masalah banjir di Kampung Apung, Cengkareng, Jakarta Barat, yang selalu datang sejak 23 tahun lalu.
"Nah, di sini kebalikannya. Di sini tempat tinggal yang jadi tempat penampungan air," ujar Zuhri.
Salahkan Perumahan Mewah di Pluit
Seorang warga Kampung Apung lainnya, Marzuki (42) mengatakan bahwa banjir permanen yang dialami warga di daerah tempat tinggalnya, terjadi sejak pemukiman-pemukiman mewah mulai banyak berdiri di kawasan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, akhir 1980-an.
Menurut pria yang lahir dan besar di Kampung Apung tersebut, sebelum ada perumahan mewah, dulunya Pluit merupakan kawasan yang menjadi pusat tambak, baik itu tambak udang maupun tambak ikan bandeng.
"Banyak tambak, malah nyampe ke Kamal Muara. Bapak saya punya beberapa tambak," kenangnya.
Sementara Zuhri menceritakan, saat proyek pembangunan perumahan mewah di kawasan Pluit dimulai, sejak saat itulah, tambak-tambak di Pluit ditimbun dan dijadikan lahan untuk pembangunan perumahan mewah.
Namun dia menduga, pengembang tidak membangun drainase yang baik hingga menyebabkan kawasan di sekitarnya tergenang, tak terkecuali Kampung Apung yang dulu masih bernama Kampung Teko.
"Seingat saya tahun 1988. Mulai dibangun Pantai Indah Kapuk, Pantai Mutiara. Mulai tergenang yang di sini," ungkapnya.
Secara geografis, Kampung Apung yang terletak di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, berbatasan langsung dengan Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
Selain perumahan mewah di Pluit, faktor yang diduga menjadi penyebab banjir permanen di kawasan Kampung Apung yaitu pabrik-pabrik di kawasan Kedaung, Kali Angke. Dulunya, tempat tersebut merupakan sawah-sawah yang sangat luas.
"Jadi di sana (sisi utara) rumah mewah, di sananya lagi (sisi selatan) pabrik. Mulai tergenang di sini sampai ke Jalan Kapuk Raya. Orang yang tinggal di tepi jalan ninggiin tanahnya juga, makin tenggelam lah di sini sampai sekarang," jelasnya.
Luas lahan Kampung Apung sekitar 6 hektar, terletak tak jauh dari Jalan Kapuk Raya. Di kawasan yang dihuni sekitar 200 kepala keluarga ini, ketinggian air mencapai dua meter. Dua meter tersebut merupakan air kiriman yang menggenangi kawasan tersebut sejak dua puluhan tahun silam.
Genangan air kiriman juga menyebabkan limpahan sampah. Secara kasat mata, Kampung Apung tak ubahnya terlihat seperti area rawa yang jadi tempat pembuangan sampah, yang dipenuhi lalat, nyamuk dan ular.
Sebagian warga sudah menimbun tanah setinggi kedalaman air dan membagun rumah baru di atasnya. Namun bagi warga yang tidak memiliki uang, mereka memilih meninggikan rumah mereka di atas rumah yang tenggelam dengan kayu atau material non-permanen lainnya, sehingga terlihat kumuh dan tidak enak dipandang.
Di kawasan ini dulunya juga terdapat areal pemakaman. Namun saat ini areal tersebut sudah berubah menjadi rawa. Kantor pemakaman yang dulunya masih ada, saat ini sudah tak tampak karena ditenggelamkan genangan air beserta 3.810 makam.
Editor : Eko Hendrawan Sofyan
'Efek Jokowi' Hanya Terbukti di Twitter?
Jum'at, 20 September 2013 | 06:00 WIB
Ekspresi Jokowi saat mengikuti acara "Meeting of The Governors and Mayors of the Capitals ASEAN" di JW Mariot Hotel, Jakarta, (19/09). Tempo/Dian Triyuli Handoko
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta--Kalahnya beberapa calon kepala daerah usungan PDIP, meskipun Jokowi ikut kampanye menimbulkan pertanyaan: benarkah ada Jokowi effect? Benarkah dukungan Jokowi dapat mempengaruhi popularitas tokoh?Prapancha Research (PR) memeriksa Jokowi effect dengan menganalisis sejauh mana pengaruh kata kunci "Jokowi" terhadap perbincangan mengenai tokoh-tokoh lain di jejaring sosial Twitter. Hasilnya, setidaknya di ranah jejaring sosial, Jokowi effect memang nyata. "Dari temuan kami, perbincangan beberapa nama memang memperoleh momentum saat dikaitkan dengan Jokowi," ujar Adi Ahdiat, analis PR dalam keterangan pers, Kamis 19 September 2013.Gita Wirjawan, sebagai contoh. Ia memperoleh lejitan mention hingga 1.335 pada 26 Februari karena ada pernyataan petinggi Partai Demokrat untuk memasangkannya dengan Jokowi. Sampai dengan 26 Februari 2013, ini adalah perbincangan tentang Gita tertinggi ketiga di Twitter.Rieke Diah Pitaloka juga kebanjiran mention di twitter sewaktu Jokowi berkampanye untuk pemilihan Gubernur Jawa Barat. Perbincangan tentang Rieke dikaitkan dengan Jokowi mencapai 49 ribu mention. Sementara total perbincangan tentang Rieke mencapai 119 ribu. Menurut Adi, 2 dari 5 celotehan tentang Rieke adalah dalam kaitannya dengan Jokowi.Dukungan Jokowi, kata Adi, tak serta-merta membantu kandidat tertentu memenangkan pemilu atau pilkada. Namun, Jokowi memang membantu mengangkat nama seseorang ke perhatian publik. "Di era persaingan citra yang begitu ketat, dapat menyedot perhatian publik saja sudah amat berarti," kata Adi.Adi mengatakan, efek Jokowi ini juga terbukti tak bekerja pada tokoh tertentu yang sudah lekat dengan reputasi kurang baik. Sebagai contoh, dalam pantauan terhadap perbincangan yang mengaitkan Marzuki Alie atau Ruhut Sitompul dengan Jokowi, yang cenderung ditemukan adalah perbincangan yang menganggap nama ini kapasitasnya jauh di bawah Jokowi.YANDITerhangat:Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Mobil Murah | Miss WorldBerita Terkait: JK: Jokowi Populer karena BlusukanPemilu Hari Ini, Jokowi Presiden di Kelas MenengahSurvei Capres Terbaru: Jokowi Juara LagiSemua Capres Digabung, Jokowi Tetap Lebih Populer