Selasa, 31 Desember 2013
Jokowi Targetkan Perbaikan Tanggul Latuharhary Selesai 5 Januari
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT/Kurnia Sari Aziza Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memantau kondisi kemiringan tanggul Latuharhary, Menteng, Jakarta, Selasa (31/12/2013).
JAKARTA, JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menargetkan penyelesaian perbaikan Tanggul Latuharhary yang miring 30 derajat pada 5 Januari 2014. Jokowi berjanji akan memantau pengerjaan perbaikan setiap hari.
"Tanggal 5 rampung semuanya, setiap hari kami cek dan kami kejar terus," kata Jokowi, saat meninjau Tanggul Latuharhary, Jakarta, Selasa (31/12/2013).
Target penyelesaian ini meleset dari yang dijanjikan sebelumnya. Awalnya, pada 25 Desember lalu, Jokowi yang meninjau pengerjaan perbaikan Tanggul Latuharhary menargetkan perbaikan selesai dalam jangka waktu tiga hari. Jokowi, yang memiliki latar belakang ilmu teknik, menilai, perbaikan tanggul itu bukan pekerjaan sulit. Alasan molor, kata Jokowi, karena selama dua hari berturut-turut hujar mengguyur kawasan Menteng.
"Mereka beralasan hujan, seharian hujan. Saya bilang, oke lah yang paling penting jangan sampai dikerjakan berbulan-bulan, mundur lima hari ya enggak apa-apa," kata Jokowi.
Berdasarkan pantauan JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, beberapa pekerja dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum sedang memperbaiki tanggul. Sebuah alat berat (backhoe) beroperasi mengeruk tanah tanggul.
Sebelumnya, tanggul tersebut pernah jebol pada bulan Februari 2013 lalu. Akibat jebolnya tanggul Latuharhari, kawasan Sudirman-Thamrin terendam banjir. Selain itu, akibat peristiwa tersebut, basement Gedung UOB juga terendam.
"Pengerjaan itu tanggung jawab Kementerian PU juga," ujar Jokowi.
Rhoma Irama Berharap Duet dengan Jokowi Redam Ketegangan

JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Rhoma Irama
JAKARTA, JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Rhoma Irama antusias menyambut tawaran Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk menyanyi bersama saat malam tahun baru yang dipusatkan di Bundaran HI, Selasa (31/12/2013) malam.Ia berharap duetnya bersama Jokowi bisa meredam ketegangan. "Artinya, tahun politik nanti kan pasti tegang. Mudah-mudahan dengan pertemuan ini bisa dapat meredam," kata Rhoma. Rhoma Irama telah mendeklarasikan diri sebagai calon presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sementara Jokowi adalah tokoh yang selalu disebut-sebut sebagai calon presiden terpopuler di berbagai survei.Pada Pemilihan Gubernur DKI pada 2012 lalu, Rhoma Irama juga berseberangan dengan Jokowi. Saat menjadi pendukung Fauzi Bowo alias Foke, Rhoma Irama bahkan sempat diperiksa karena dugaan kampanye SARA yang menyerang Jokowi. Namun, menurut Rhoma, perbedaan antara dia dan Jokowi saat Pemilihan Gubernur DKI adalah hal yang biasa dalam politik."Saya rasa perbedaan dalam pilkada itu suatu hal yang biasa, tapi jangan ada permusuhan lanjutannya. Beda visi dan misi itu suatu hal demokrasi yang wajar. Tidak boleh ada permusuhan," katanya.Saat ditanya kalau seandainya ia juga diduetkan dengan Jokowi untuk Pilpres 2014, ia menjawab, " No comment. Itu kan kapasitas partai-partai yang bicara," pungkas Rhoma. ( Ign Agung Nugroho)
Rhoma Irama: Jokowi Meminta "Begadang" dan "Darah Muda"
JAKARTA, JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Raja Dangdut, Rhoma Irama, yang dijadwalkan akan manggung dalam Jakarta Night Festival atau Malam Muda Mudi di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Selasa (31/12/2013) mulai pukul 23.00 WIB, menjelang malam pergantian 2013 ke 2014, mengaku sudah tak sabar untuk bisa berduet dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi.
"Ya persiapannya biasa saja. Karena Pak Jokowi minta lagu 'Darah Muda' dan 'Begadang', jadi sudah siap," kata Rhoma dalam wawancara di Hotel Kartika Chandra, Jakarta Selatan, Senin (30/12/2013) malam.
Rhoma mengaku tak menduga bahwa Jokowi akan menghubunginya dan mengajaknya menyanyi berdua.
" Surprise, dia telepon saya untuk tampil di malam tahun baru. Saya sambut itu secara positif," kata Rhoma lagi.
Menurut ayah pedangdut sekaligus artis peran Ridho Rhoma ini, Jokowi tak perlu lagi berlatih membawakan dua lagu tersebut, yang dipopulerkan oleh Rhoma bersama grup Soneta-nya.
"Belum latihan, on the spot saja. Dia bilang sudah hafal semua lagu saya," terang Rhoma.
Rhoma, yang ikut mencalonkan diri untuk menjadi presiden Republik Indonesia 2014-2019, berharap duetnya dengan Jokowi di panggung Malam Muda Mudi bisa menurunkan suhu politik yang tinggi.
"Tahun 2014 kan tahun politik, mudah-mudahan dengan kemunculan bersama saya bersama Pak Jokowi bisa meredam ketegangan politiklah paling tidak. Artinya, tahun politik kan pasti tegang, mudah-mudahan dengan pertemuan ini bisa meredam," tutur Rhoma.
Tampil Duet, Rhoma

Dokumentasi Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) sudah menyiapkan lagu yang akan dinyanyikannya duet bareng Rhoma Irama pada "Jakarta Night Festival", Selasa (31/12/2013) malam ini. Bagaimana persiapan mereka?
Sang raja dangdut Rhoma, mereka sampai saat ini belum latihan bersama.
"Kita (Rhoma dan Jokowi) belum latihan bareng, mungkin besok on the stage. Pak Jokowi sudahtelpon saya dia mau nyanyi Darah Muda. Mungkin, selain itu lagu Begadang," ucap Rhoma usai Lomba Cipta Lagu Dangdut Indonesia (LCLDI) Nasional 2013 di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Senin (30/12/2013).
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Musik Melayu Indonesia (DPP PMMI) ini mengaku belum ada komunikasi dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama mengenai duet bareng mereka. Rhoma-Ahok pun juga akan duet.
"Enggak ada komunikasi buat besok (dengan Ahok) baru sama Pak Joko aja," ucap Rhoma.
Ia pun akui tak ada rancangan khusus mengenai kostum yang akan dikenakan baik Rhoma maupun Jokowi.
Menariknya, Rhoma jelaskan duet antara dirinya dan Jokowi dalam konteks politik diharapkan dapat meredam ketegangan dalam memasuki tahun politik 2014.
"Dengan duet ini dapat memotivasi masyarakat untuk melaksanakan pemilihan umum (pemilu) dengan penuh persaudaraan dan persatuan," ucap Rhoma.
Dirinya juga enggan memberi komentar apakah hal ini termasuk komunikasi politik untuk menggandeng Jokowi dalam pemilihan presiden 2014.
"Yang mengundang saya ini kan Jokowi dan ini juga acara Beliau. Belum saatnya bicara hal itu, lagipula itu kan kapasitas partai politik," ucap Rhoma.
Rhoma dan Jokowi serta Band Radja direncanakan akan tampil di panggung utama malam muda mudi di Bundaran Hotel Indonesia (HI) pukul 23.00 menjelang malam pergantian tahun baru.
Akan Duet dengan Rhoma Irama, Jokowi Berharap Tak Hujan

JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT/HERU SRI KUMORO Pekerja menyiapkan panggung di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (30/12/2013). Panggung tersebut rencananya akan digunakan untuk perayaan malam Tahun Baru 2014 dengan menampilkan atraksi budaya dan musik.
JAKARTA, JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo optimis pesta malam pergantian tahun ala Pemprov DKI atau yang dikenal dengan Jakarta Night Festival (JNF) 2013 tidak akan diguyur hujan. Padahal, pada JNF tahun lalu, kawasan Thamrin-Sudirman diguyur hujan lebat. Sebagian wilayah Jakarta pun telah turun hujan muli dari dini hari tadi.
"Ooo.. enggak, ini moga-moga nanti enggak hujan. Karena hujannya sudah pagi," kata Jokowi di Balaikota Jakarta, Selasa (31/12/2013).
Pada malam nanti Jokowi berencana akan menyajikan hiburan duet maut bersama Raja Dangdut Rhoma Irama. Mereka berdua akan menyanyikan singel andalan Rhoma, "Darah Muda". Untuk memberikan hasil yang terbaik, Jokowi tak lupa menghafal lirik demi lirik dan bait demi bait lagu tersebut. Maka, ia sangat berharap agar cuaca bersahabat di pagelaran JNF 2013.
Pengusaha furniture itu pun tak lupa selalu mengawasi persiapan acara. Misalnya saja sebelum ia beraktivitas di kantornya, Balaikota Jakarta, Jokowi menyempatkan diri untuk memeriksa persiapan panggung dan tenda yang sudah mulai dibangun.
"Tadi saya baru aja muter-muter dan ngecek, ya semuanya sudah mulai disiapkan, tenda-tenda dan panggung-panggung juga sudah mulai disiapkan," ujar Jokowi.
Tak lupa, Jokowi mengingatkan kepada personel Satpol PP dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk mulai melakukan sterilisasi lokasi acara, mulai dari Jalan Medan Merdeka Barat hingga Dukuh Atas. Hal itu berguna agar masyarakat bisa menikmati dengan teratur seluruh rangkaian acara.
JNF 2013 rencananya akan dimulai pada pukul 19.00-02.00. Akan ada 12 panggung yang tersebar di sepanjang lokasi.
Selain Jokowi, Basuki pun akan berduet dengan Rhoma Irama. Orang nomor dua di ibu kota itu akan menyanyikan lagu Terajana, Begadang, dan Aku Melarat Karena Judi. Grup band Radja turut memeriahkan panggung utama di Bunderan Hotel Indonesia.
Basuki: Saya Hanya Dapat Rezeki Ikut Pak Jokowi...
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT/Kurnia Sari Aziza Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat menghadiri peringatan Haul ke-4 Gus Dur, di Pondok Pesantren Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12/2013).
JAKARTA, JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Nama Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama masuk daftar pesaing utama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk Pemilu Presiden 2014 berdasarkan survei Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia. Apa tanggapan Basuki?
"Kamu salah ngebandingin saya dengan Pak Jokowi, kalau survei itu benar. Gue kan hanya mengikuti Pak Jokowi," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Senin (30/12/2013). Dia pun mengatakan hanya tertular keberhasilan Jokowi, panggilan untuk Joko Widodo.
"Saya ini posisinya kan hanya ikut beliau (Jokowi)," lanjut Basuki. Kalau saja tidak berpasangan dengan Jokowi dia merasa tak akan masuk daftar survei itu. "Saya ini cuma ketiban rezeki ketarik Pak Jokowi," imbuh dia.
Survei Laboratorium Psikologi Politik UI itu melibatkan penilaian dari 61 pakar. Selain Basuki, pesaing tangguh untuk Jokowi menurut survei ini adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, CEO Trans Corp Chairul Tanjung, dan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad berada.
Lima nama itu pun dianggap berpotensi menjadi calon presiden maupun wakil presiden dalam Pemilu Presiden 2014. Surveri yang berlangsung pada 16 sampai 17 Desember 2013 ini menggunakan Delphi Methods, yaitu cara mendapatkan informasi pengambilan keputusan serta penentuan indikator dan parameter, yang dapat mengeksplorasi ide dan informasi dari para ahli di bidangnya.
Ahok: Gua Hanya Tertular Keberhasilan Pak Jokowi

Kurnia Sari Aziza/JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT
Tribunnews.com, Jakarta - Nama Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama masuk daftar pesaing utama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk Pemilu Presiden 2014 berdasarkan survei Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia. Apa tanggapan Basuki?
"Kamu salah ngebandingin saya dengan Pak Jokowi, kalau survei itu benar. Gue kan hanya mengikuti Pak Jokowi," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Senin (30/12/2013). Dia pun mengatakan hanya tertular keberhasilan Jokowi, panggilan untuk Joko Widodo.
"Saya ini posisinya kan hanya ikut beliau (Jokowi)," lanjut Basuki. Kalau saja tidak berpasangan dengan Jokowi dia merasa tak akan masuk daftar survei itu. "Saya ini cuma ketiban rezeki ketarik Pak Jokowi," imbuh dia.
Survei Laboratorium Psikologi Politik UI itu melibatkan penilaian dari 61 pakar. Selain Basuki, pesaing tangguh untuk Jokowi menurut survei ini adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, CEO Trans Corp Chairul Tanjung, dan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad berada.
Lima nama itu pun dianggap berpotensi menjadi calon presiden maupun wakil presiden dalam Pemilu Presiden 2014. Surveri yang berlangsung pada 16 sampai 17 Desember 2013 ini menggunakan Delphi Methods, yaitu cara mendapatkan informasi pengambilan keputusan serta penentuan indikator dan parameter, yang dapat mengeksplorasi ide dan informasi dari para ahli di bidangnya.
Jokowi Larang Konvoi Tahun Baru
Ahok: Kalau Pisah dengan Jokowi, Saya Bisa `Lewat`

JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta : Hasil survei Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia menyebutkan nama Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi 1 dari 5 nama yang dianggap mampu melawan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2014 mendatang.
Namun begitu, Ahok merasa survei itu keliru. Sebab jika dipisahkan dari Jokowi, dirinya tidak akan bisa menyaingi keberhasilan sang "bos" tersebut.
"Mana bisa saya saingin (Jokowi). Posisinya itu kan saya ikut beliau. Kalau saya pisah sama beliau, bisa 'lewat' saya," kata Ahok di Balaikota DKI Jakarta, Senin (30/12/2013)
Karena itu, Ahok menegaskan tak mungkin berhadapan dengan Jokowi. Sebab Jokowi merupakan pasangannya saat berjuang menuju kursi orang nomor 1 dan 2 DKI.
"Yang pasti, bisa sampai hari ini di sini karena Pak Jokowi. Kalau kamu, kita lihat survei itu ya, saya ngikutin Pak Jokowi," ucap Ahok.
Keberhasilannya sebagai orang nomor 2 di Jakarta, diakui Ahok sebenarnya tak lepas dari peran Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta. "Beliau menang, beliau memimpin, beliau berhasil, makanya aku bisa ikut," tukas Ahok.
Dalam survei itu menyebutkan, selain Ahok, ada 4 tokoh yang dianggap mampu bersaing dengan Jokowi. Mereka adalah Tri Rismaharini (Walikota Surabaya), Anies Baswedan (intelektual, rektor Universitas Paramadina), Chairul Tanjung (pengusaha muda) dan Abraham Samad (Ketua KPK). (Ali)
Baca juga:
Ada 5 Capres Penantang, Jokowi: Nggak Ngertilah! Ini 5 Penantang Jokowi yang Diusulkan pada Pilpres 2014Banyak `Pesaing` Dimunculkan, Jokowi: Baik untuk Rakyat
Jokowi Diajari Megawati Politik dan Kepemimpinan
Selasa, 31 Desember 2013 | 05:47 WIB

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri bersama Kader PDIP Joko Widodo (Jokowi) dalam satu mobil usai menutup Rakernas PDIP di Ancol, Jakarta, (8/9). TEMPO/Dasril Roszandi
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta-- Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, mengatakan diajari banyak hal tentang politik oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Berbagai strategi politik, menurut Jokowi, diajarkan oleh Megawati seperti geopolitik internasional, peta politik, dan nilai-nilai kebangsaan.Ilmu-ilmu itu tak ada kaitannya dengan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. "Namun bBelajar mengenai apapun penting," kata Jokowi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Senin, 30 Desember 2013.Dia mengakui, Megawati juga mengajarinya soal kepemimpinan nasional. Megawati, kata Jokowi, mengajarinya tentang kemandirian ekonomi dan kedaulatan politik. Apakah ajaran itu sinyal bahwa Megawati tak akan maju dan PDIP mencalonkan Jokowi? "Engga ada hubungannya dengan 2014 lho," kata Jokowi.Meski begitu, Jokowi tidak memungkiri semua ilmu itu penting untuk orang yang akan maju dalam Pilpres 2014. "Mau hujan ya harus mempersiapkan payung," katanya seraya tersenyum.Jokowi digadang-gadang menjadi calon presiden karena sejumlah survei selalu menempatkannya di posisi teratas. PDI Perjuangan belum memutuskan kandidat yang akan maju sebagai calon. Jokowi selalu mengelak ketika ditanyakan perihal 2014. Sedangkan Megawati mengatakan keputusan pencalonan partai ditentukan setelah pemilu legislatif.ANGGRITA DESYANITerkait:Jokowi Pikat Pemilih Partai IslamPopularitas Jokowi Selamatkan PDIPINFOGRAFIS Adu Populer KandidatMegawati dan Jokowi Menyambangi Beringin Soekarno
Jokowi Diajari Megawati `Ilmu Presiden`

JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta : Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengaku banyak mendapat pelajaran dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Khususnya terkait hal-hal politik termasuk ilmu presiden.
Berita itu menjadi 1 dari 5 informasi terfavorit pilihan pecinta JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT edisi Senin 30 Desember 2013 kemarin.
Berikut berita-berita tersebut:
1. LHI PKS Dijenguk Darin Mumtazah sang Istri Ketiga
Sesosok wanita muda menyambangi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta. Wanita itu adalah Darin Mumtazah, mantan siswi SMK yang diakui sebagai istri ketiga tersangka suap impor daging sapi Luthfi Hasan Ishaaq atau LHI.
Kedatangan Darin kali ini untuk menjenguk sang suami yang telah berbulan-bulan mendekam di dalam Rutan KPK cabang Guntur, Jakarta.
Tiba di gedung KPK pukul 08.50 WIB, Darin yang mengenakan busana muslim warna cokelat ini enggan berkomentar apapun. Dia langsung menuju lobi gedung untuk mendaftar sebagai pembesuk.
2. Penyebab Tragedi Bintaro II Versi KNKT
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan, kecelakaan antara KRL jurusan Serpong-Tanah Abang dengan truk tangki BBM di pintu perlintasan KA Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, terjadi karena truk tangki menghalangi jalan kereta listrik itu.
Kasub Komite Investigasi Kecelakaan LLAJ KNKT Kusnendi Soehardjo menuturkan, sejumlah faktor menjadi penyebab truk milik Pertamina tersebut berada di lintasan kereta api. Salah satunya adalah pintu perlintasan yang telat menutup.
Selain itu, Kusnendi menambahkan, permukaan jalan perlintasan yang tak rata dengan permukaan rel juga membuat laju truk menjadi terhambat. Sehingga tidak bisa menghindar ketika kereta datang.
3. Pengamat: Menang Pemira PKS, Hidayat Nurwahid `Tak Layak Jual`
Hidayat Nur Wahid menjadi juara dalam Pemilu Rakyat (Pemira) yang digelar oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan meraup 50.567 suara. Namun, nama Hidayat dinilai belum pantas untuk masuk ke dalam bursa calon presiden untuk Pemilu 2014.
"Sudah banyak hasil survei publik, nama dia (HNW) tidak pernah masuk 5 besar. HNW tak layak jual," ujar Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syamsuddin haris saat berbincang dengan JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT di Jakarta, Minggu (29/12/2013).
Salah satu indikasi Hidayat belum layak jadi capres adalah kegagalannya saat maju dalam Pilkada DKI Jakarta tahun lalu. "Pilkada DKI saja dia gagal, bagaimana kalau maju di tingkat nasional?" kritik Syamsuddin.
4. Helikopter Jatuh di Berastagi Milik Bupati Simalungun
Helikopter jatuh di pinggir jalan depan Rumah Sakit Efarina Etaham, Berastagi, Karo, Sumatera Utara, Senin (30/12/2013). Helikopter tersebut diketahui milik Bupati Simalungun Jopinus Ramli (JR) Saragih.
Sempat diduga JR Saragih berada di dalam helikopter tersebut. Ternyata hanya 5 petugas rumah sakit yang ada di dalamnya.
Dikabarkan 4 orang mengalami luka-luka dan 1 tewas. Penyebab jatuhnya heli nahas tersebut juga belum diketahui.
5. Diajari Mega `Ilmu Presiden`, Jokowi Capres 2014?
Gubernur DKI Joko Widodo mengaku banyak belajar dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Materi yang diajarkan yaitu mengenai geopolitik, nasional, hubungan internasional, peta politik, dan mengenai nilai-nilai kebangsaan.
Selain itu, juga masalah uang yang berkaitan dengan kemandirian ekonomi dan kedaulatan bidang politik.
Jokowi mengungkapkan pengetahuan yang ia dapatkan dari Megawati itu sangat berhubungan dengan tugas-tugas presiden. Apakah 'ilmu presiden' itu pertanda Jokowi didaulat menjadi capres Pemilu 2014? Pak Gubernur meminta agar tidak mengaitkannya.
"Sangat berguna. Peta politik bukan pakai 2014. Jangan ditambahin. Tapi nggak ada urusan dengan yang itu (capres)," elak Jokowi. (Ali)
Senin, 30 Desember 2013
Jokowi larang warga berkonvoi malam Tahun Baru
Jakarta (ANTARA News) - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) melarang seluruh warga melakukan aksi-aksi konvoi pada malam pergantian tahun. "Pada malam tahun baru nanti, tidak boleh ada warga yang melakukan konvoi. Lebih baik semuanya datang saja ke acara Jakarta Night Festival (JNF)," kata Jokowi di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin. Menurut Jokowi, aksi-aksi konvoi dapat memicu terjadinya gesekan antarwarga sehingga membuat kericuhan dan menimbulkan kerawanan di lingkungan tempat tinggal. "Oleh sebab itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI sudah merancang JNF. Acara ini bisa dimanfaatkan oleh seluruh warga yang ingin merayakan malam pergantian tahun," ujar Jokowi. Terkait dengan larangan tersebut, dia menuturkan bahwa pihaknya telah menjalin koordinasi dengan Polda Metro Jaya untuk mengimbau warga tidak melakukan konvoi pada malam tahun baru. "Saya kira kewenangan sepenuhnya ada di Polda. Maka, kami koordinasikan dengan mereka. Saya berharap seluruh warga mengikuti imbauan ini," tutur Jokowi. Dalam kegiatan JNF, Pemprov DKI menyediakan 12 panggung hiburan dengan lokasi yang tersebar, antara lain di Balai Kota, Silang Barat Daya Monas, Bank Indonesia, Wisma Mandiri, Gedung Jaya, Jalan Sunda, EX Center, Hotel Pullman, Bundaran HI, Jalan Pamekasan, Gedung UOB, dan Stasiun Dukuh Atas. Acara hiburan secara serentak dimulai pukul 20.00 hingga 01.30 WIB. Masing-masing panggung akan menyajikan berbagai variasi hiburan, seperti musik tradisional, kontemporer, modern, dan lagu-lagu pop daerah nusantara. (R027/D007)
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © 2013
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com
Rhoma Irama tak Sabar Duet Bareng Jokowi

Laporan Wartawan Tribunnews.com Reza Gunadha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyanyi dangdut Rhoma Irama ternyata sudah tak sabar melakoni duet dengan Gubernur DKI Jakarta Joko "Jokowi" Widodo, dalam acara Jakarta Night Festival (JNF) yang digelar saat pergantian tahun 2013-2014.
Debbie Veramasari, anak kandung sekaligus manajer penyanyi berjuluk Raja Dangdut itu, menuturkan sang ayah sudah melakukan persiapan secara matang.
"Ya tak sabar saja, karena banyak pecinta dangdut dan fans Pak Haji (Rhoma Irama) yang juga ikut menantikan duet pamungkas akhir tahun 2013 ini," kata Debbie kepada Tribun, Senin (30/12/2013).
Ia menuturkan, ayahandanya yang juga berniat maju sebagai calon presiden (capres) itu, sudah merampungkan sebagian besar persiapan untuk duet tersebut.
Kekinian, kata dia, Rhoma bersama grup Soneta tinggal menyiapkan hal teknis semisal sound system.
"Soal lagu, rencananya ada satu lagu yang dinyanyikan duet bareng Pak Jokowi. Tapi, tadi panitia minta kami menyiapkan satu lagi lagu," tuturnya.
Debbie menuturkan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk menilai "sisi- sisi lain" dari duet Rhoma Irama-Jokowi ini.
"Terserah mau diartikan apa, termasuk mau menilainya secara politis. Tapi bagi kami, duet ini hanya berarti Rhoma Irama sebagai seniman dangdut, dan Pak Jokowi yang merupakan Gubernur DKI Jakarta," tuturnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengaku sudah siap untuk manggung bareng raja dangdut se-tanah air, Rhoma Irama. "Sudah dong saya sudah latihan. Besok lagunya Darah Muda," ujar Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi saat menjajal Jalan Layang Non Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang, Jakarta Selatan, Senin (30/12/2013). Jokowi juga mengungkapkan, tidak hanya ia yang akan berduet dengan Rhoma Irama. Mantan Walikota Solo ini membeberkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama rencananya juga akan duet bersama bang Haji. "Nanti pak wagub juga akan duet bareng Rhoma. Lagunya berjudul Begadang," tutur Jokowi.
Alaydrus Ikut Jokowi Resmikan JLNT Casablanca

Fabian Januarius Kuwado Gubernur Jakarta Joko Widodo, Kadis PU Manggas Rudy Siahaan dan anggota DPRD DKI Alaydrus meninjau Jalan Layang Non Tol.
JAKARTA, JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo resmi membuka Jalan Layang Non-Tol atau JLNT Tanah Abang-Kampung Melayu. Dia tampak didampingi oleh anggota DPRD DKI Jakarta, Alaydrus.
Diiringi rintik gerimis, Jokowi yang mengenakan kemeja putih berlengan panjang tetap meresmikan beroperasinya jalan yang merupakan proyek Pemprov DKI Jakarta era Fauzi Bowo.
"Dengan mengucapkan Bismilahirohmanirohim, Jalan Layang Non-Tol Kampung Melayu sampai Tanah Abang resmi beroperasi," ucap Jokowi langsung disambut tepuk tangan yang meriah, Senin (30/12/2013).
Setelah peresmian, Jokowi menaiki mobil dinasnya untuk menguji coba JLNT. Namun, baru beberapa meter, mobil dinasnya berhenti.
Jokowi tampak ditemani oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Manggas Rudy Siahaan dan Alaydrus turun dari mobil dan mengecek kondisi aspal dan marka di jalan tersebut. Jokowi berjalan sekitar 50 meter di jalan itu sambil berbincang dengan wartawan.
" Alhamdulilah ini sudah dibangun dan dipakai. Pasti akan kurangi kemacetan di bawahnya," ujar Jokowi.
Pembangunan JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang sepanjang 3,4 kilometer terdiri dari tiga paket proyek pembangunan, yaitu paket Casablanca, paket Prof Dr Satrio, dan paket Mas Mansyur. Proyek tersebut dimulai tahun 2010.
Berdasarkan laporan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Manggas Rudy Siahaan, jalan itu sudah siap digunakan pengendara mobil dan motor. Kendati demikian, ada beberapa infrastruktur yang masih perlu perbaikan, misalnya lampu kucing serta taman jalan.
"Satu lagi yang belum, yakni pengaturan ulang lalu lintas di depan Kota Kasablanka. Karena kalau tidak diatur, pasti tersendat lalu lintasnya. Tapi, secara umum sudah siap digunakan," ujar Manggas.
Buruh kembali akan gugat Jokowi ke PTUN
Tapi, sampai saat ini 'pengusaha hitam' masih menangguhkan pembayaran itu."
Jakarta (ANTARA News) - Para buruh akan kembali memberi "hadiah" kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) pada awal 2014 terkait nilai upah minimun provinsi (UMP). "Ini akan menjadi kado istimewa di awal tahun bagi Jokowi," kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal pada Refleksi Akhir Tahun 2013 tentang Isu Perburuhan dan Gugatan ke PTUN Terhadap Penolakan Surat Keputusan Gubernur Jokowi-Ahok Tentang Penetapan UMP DKI Jakarta di Jakarta, Senin. Said menjelaskan, gugatan tersebut terkait dengan gugatan yang dimenangkan buruh mengenai UMP yang mengalahkan Gubernur DKI Jakarta selaku tergugat. Majelis Hakim PTUN mengabulkan gugatan buruh dari tujuh perusahaan yang tidak membayar gaji sesuai dengan UMP DKI Jakarta senilai Rp2,2 juta per bulan. Atas putusan itu, hakim memerintahkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk mencabut ketujuh SK yang pernah diterbitkannya. Ke tujuh SK Gubernur DKI Joko Widodo yang dibatalkan mengenai izin bagi perusahaan garmen dan wig di Kawasan Berikat Nusantara untuk menangguhkan pembayaran UMP 2013 sebesar Rp2,2 juta per bulan. "Tapi, sampai saat ini 'pengusaha hitam' masih menangguhkan pembayaran itu," ujarnya Said. Selain itu, ia mengatakan, gugatan tersebut juga dibuat karena meski UPM belum dinaikkan, tapi sudah ada 25 perusahaan yang meminta penangguhan. "Gugatan ini sebagai upaya kita untuk mengingatkan Jokowi dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama agar memperhatikan. Jika Jokowi juga menyetujui penangguhan 25 perusahaan ini, maka dia akan terperosok dua kali ke lubang yang sama," katanya. Said memastikan, Forum Buruh DKI dan yang lainnya akan mengajukan gugatan ke PTUN terkait nilai UMP pada 15 Januari 2014. Selain kepada Jokowi, ia menambahkan, gugatan juga akan dilayangkan kepada Gubernur Jawa Barat, Banten dan Jawa Timur. (*)
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © 2013
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com
5 `Lawan Tanding` Jokowi: Risma, Ahok, ...

JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta : Jokowi masih merajai berbagai survei calon presiden dalam Pemilu 2014 mendatang. Namun bukan berarti langkah Gubernur DKI itu mulus alias bebas hambatan menuju kursi RI 1.
Lepas dari segala aral melintang, Joko Widodo ternyata juga punya banyak 'saingan'. Kemarin, Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) memaparkan hasil survei mereka dengan tajuk 'Mencari Lawan Jokowi' yang digelar di Hotel Morrissey, Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Survei yang dilakukan Laboratorium Psikologi Politik UI menggunakan metode Dhelpi -- metode sistematis dalam mengumpulkan pendapat dari sekelompok pakar melalui serangkaian kuesioner. Pemilihan terhadap calon-calon potensial terbagi 2 tahap. Pertama melalui focus group discussion (FGD), dilanjutkan dengan survei opinion leader oleh 61 pakar politik.
"Dari 61 pakar, mereka melihat sisi-sisi visioner, kepemimpinan, intelektualitas, keterampilan berpolitik, komunikasi politik, stabilitas emosi, kemampuan manajerial, penampilan dan integritas moral," kata Ketua Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, Minggu 29 Desember 2013.
Hasilnya, nama-nama itu dianggap pantas jadi lawan Jokowi, ketimbang tokoh-tokoh lama yang sudah mencapai titik jenuh di kalangan pemilih.
Dari 25 nama yang diusulkan, disaring menjadi 12 nama. Lalu mengerucut pada 5 nama. Siapa saja mereka?
Ada di urutan pertama adalah Walikota Surabaya, Tri Rismaharini yang mengumpulkan 7,38 persen. Risma jadi capres alternatif dengan skor tertinggi - selain Jokowi.
Disusul 'orang dekat' Jokowi, Wakil Gubernur DKI Jakarta (7,28 persen), kemudian akademisi Anies Baswedan (7,04 persen), CEO Trans Corp Chairul Tanjung (6,43 persen), dan Ketua KPK, Abraham Samad (6,42 persen).
Tri Rismaharini menjadi kandidat lawan tanding terkuat Jokowi di Pilpres 2014. Ia dinilai yang paling baik dari sisi kepemimpinan, kemampuan managerial dan juga integritas moral. Ahok unggul soal intelektualitas, dan kemampuan komunikasi politik. Namun, dinilai kurang dalam mengendalikan emosi.
Sementara, Chairul Tanjung menonjol dalam kemampuan leadership dan manajerial. Abraham Samad kuat dalam moral integritasnya dan Anies Baswedan unggul dalam kemampuan intelektualnya.
Hamdi Muluk mengatakan, pencarian lawan tanding bagi Jokowi adalah upaya membuat proses demokrasi di Indonesia, khususnya terkait Pemilu Presiden 2014, berlangsung sehat.
Sebab, jika hanya satu kandidat yang dinilai terbaik, dan hanya satu alternatif capres: Jokowi, itu akan membuat persaingan politik tak sehat. "Agar sehat kita harus mencarikan lawan tanding," terangnya.
Jokowi dan Momentum
Di acara yang sama, pakar komunikasi Gun Gun Heryanto menilai, Jokowi mendapatkan momentumnya saat memenangkan Pilkada DKI Jakarta. Membuat namanya mencuat di level nasional, bahkan mendunia. Sampai-sampai dianggap jadi 'Obama-nya Jakarta'.
"Momentum yang didapat, ketika dia menginspirasi masyarakat Jakarta. Momentumnya, orang mencari tokoh yang berbeda dan mampu menjadi elit sentral," kata Gun Gun.
Namun, dia menambahkan, perlu adanya figur-figur lain yang bisa bicara di kancah politik Indonesia seperti Jokowi. Gun Gun melanjutkan, masyarakat juga harus mengerti bahwa pemimpin yang berkualitas tidak hanya dilihat dari tingkat elektabilitas.
Menurutnya, tingkat elektabilitas Jokowi bisa mendulang tinggi, lantaran karena nama Jokowi yang selalu dinaikkan di tengah masyarakat tanpa adanya varian lain.
"Dari latar belakang konstruksi opini publik, politik seperti mandeg. Artinya jika hanya nama Jokowi yang dinaikkan maka masyarakat tidak punya varian lain," lanjutnya.
Jadi untuk mematahkan dominasi Jokowi dan oligarki Politik, Gun Gun mengharapkan, nama-nama dinilai memiliki kapabilitas menjadi pesaing Jokowi harus diungkap kepada media.
Salah satunya, menurut Gun Gun, Rektor Universitas Pramadina Anies Rasyid Baswedan yang juga masuk Top 5. "Kalau berbicara kapabilitas dan kompetensi, nama Anies bisa dikedepankan. Jika terus mendapat dorongan publik, bukan tak mungkin nama Anies bisa mendapatkan elektabilitas tinggi seperti Jokowi," ujarnya.
Namun, ia menyayangkan, Konvensi Demokrat yang dipilih Anies sebagai landasan sebagai calon presiden tidak mempunyai greget. "Tokoh kontekstual ini harus diisi oleh tokoh-tokoh potensial. Anis punya itu. Sayang, panggungnya sesak tapi brandnya bagus yakni Partai Demokrat," kata dia.
Blunder Soal Popularitas
Peneliti pada Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI), Firman Noor mengatakan, di tahun 2014 mendatang, pemilih harus lebih jeli memilih pemimpin tanpa melihat elektabilitasnya saja. Menurutnya, kapasitas dan kompetensi adalah hal terpenting.
"Melihat seorang pemimpin dengan hanya melihat popularitas pada zaman demokrasi adalah blunder. Pemimpin tidak hanya berjalan dengan elektabilitas tapi harus produktifitas dan kapibilitas," ungkapnya di Hotel Morrissey, Jakarta, kemarin.
Selanjutnya, Firman mengatakan, dengan adanya 5 nama calon presiden potensial yang dikeluarkan oleh Laboratorium Psikologi Politik UI, figur lain selain Jokowi akan terangkat. Hal ini akan membanggakan, karena nama-nama tersebut memiliki kompetensi.
"Dengan adanya survei ini, artinya mematahkan bahwa tidak hanya popularitas bagi seorang pemimpin. Lima nama calon presiden potensial untuk dilawankan dengan Jokowi," lanjut dia.
Namun, para calon alternatif yang diusungkan berlaga pada pemilihan presiden mendatang akan mendapatkan hambatan terkait konstitusi. Hal ini terkait pada pasal 6 dan pasal 6A ayat 2 UUD 1945.
"Konstitusi kita yang mengharuskan presiden berasal dari partai itu yang perlu diubah, agar kita bisa mendapatkan calon alternatif," ujar Firman. "Kita banyak figur yang mempunyai kapasitas baik, makanya dengan sedikit merubah konteks konstitusi maka capres potensial juga bisa maju walaupun di luar partai," lanjutnya.
Jokowi: Nggak Ngerti...
Saat diberi informasi soal survei yang menghasilkan 5 nama lawan tandingnya, Jokowi mengaku tidak terlalu paham.
"Nggak ngertilah. Hehe," ujarnya santai sambil tertawa di Kota Tua.
Namun, pujian dilayangkan Jokowi kepada 'lawan terberatnya', Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Begitu juga dengan kinerja wanita yang akrab disapa Risma itu, yang dianggapnya cukup baik.
"Bagus-bagus. Beliau manajer kota yang baik," jawab Jokowi singkat. (Ein)
Baca juga: Anis Matta Pamer Istri Muda untuk Naikkan Elektabilitas PKS? Hidayat Nur Wahid Unggul di Pemira PKS Ini Sebab Tingginya Elektabilitas Jokowi
PDIP Pro Jokowi Tolak Pencapresan Megawati

JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT JAKARTA -- Wacana pencalonan kembali Megawati Soekarnoputri sebagai presiden mendapat penolakan dari kader PDI Perjuangan pendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Mereka langsung merapatkan barisan dengan mendeklarasikan PDI Perjuangan Pro Jokowi (PDIP Projo).Namun, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan tidak mengakui para pendukung Jokowi yang telah mencatut nama PDI Perjuangan. Sekretaris Koordinator PDI Perjuangan Pro Jokowi Budie Ari Setiadi menjelaskan alasan dibentuknya PDIP Projo kepada wartawan JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT. Menurutnya ada alasan mengapa mereka kini beralih mengusung Jokowi ketimbang Megawati sendiri. "Karena, kami kader-kader yang berkesadaran penuh bahwa aspirasi rakyat menghendaki Jokowi sebagai capres PDI Perjuangan. Karena, kami yakin PDI Perjuangan adalah alat perjuangan politik rakyat," ujar Budie.Projo pun bergeming dengan sikap Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan yang tidak menggangap PDIP Projo sebagai bagian dari partai."Kami adalah kader dan simpatisan partai yang berjuang mewujudkan aspirasi rakyat kepada PDI Perjuangan."
PDIP Projo Bantah Adu Jokowi dan Mega

JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT JAKARTA -- Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan tidak mengakui para pendukung Jokowi yang telah mencatut nama PDI Perjuangan. Pendukung Jokowi itu lantas menamakan dirinya PDIP Pro Jokowi (Projo). Sekretaris Koordinator PDI Perjuangan Pro Jokowi Budie Ari Setiadi menjelaskan bahwa hadirnya Projo bukan hendak memecah belah hubungan Jokowi-Megawati. Sebaliknya, hadirnya Projo adalah suara murni dari rakyat."Hubungan Bu Mega dan Jokowi sangat baik. Justru, kami menyinyalir adanya upaya sistematis yang berusaha menjauhkan PDI Perjuangan dengan rakyat," ujar Budie. Sebagai kader PDI Perjuangan di DKI Jakarta, Budie yakin langkahnya dan sejumlah kader lain tak akan mendapatkan sanksi dari PDI Perjuangan. Dia pun optimistis aspirasi pencalonan Jokowi sebagai capres akan disetujui oleh Megawati Soekarnoputri. "Saya yakin DPP PDI Perjuangan berisi kader-kader partai yang cerdas dan bijak dalam memahami aspirasi rakyat."
Jokowi Capres Terfavorit Karena Rakyat Butuh Dia
Jakarta - Keberanian Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk membenahi Kota Jakarta dan dengan gaya kerjanya yang selalu blusukan ke kampung-kampung telah sukses memikat hati bukan hanya warga Jakarta, tetapi juga rakyat Indonesia di berbagai provinsi lain.
Banyak yang menginginkan pria yang akrab disapa Jokowi ini maju menjadi calon presiden (capres) dalam pemilu 2014 mendatang. Namun tidak sedikit pula warga yang menginginkan Jokowi menyelesaikan tugas pengabdiannya dalam membangun ibu kota hingga 2017.
Meski banyak lembaga survei yang menyatakan peluang mantan Wali Kota Solo ini sangat besar menjadi capres, namun beberapa pengamat politik memperingatkan bahwa pencapresan Jokowi akan menimbulkan konflik antara kebutuhan rakyat versus kepentingan politik pragmatis.
Pengamat politik senior dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, menegaskan sudah banyak survei-survei yang dilakukan berbagai lembaga yang menyatakan Jokowi menduduki peringkat teratas dari banyak calon presiden (capres) yang telah mengajukan diri atau diusulkan oleh elite partai politik.
Keberadaan Jokowi menjadi Presiden RI pada tahun 2014, menurutnya, tidak lagi dilihat sebagai sudah waktunya bagi pria kelahiran Solo tersebut, agar mengembangkan sayapnya ke istana. Melainkan, sudah dilihat sebagai sebuah kebutuhan warga Indonesia atas sosok pemimpin yang baru, transparan dan merakyat.
"Jadi bukan karena sudah waktunya Jokowi maju menjadi capres, karena dia baru satu tahun sebagai Gubernur DKI. Banyak pekerjaan yang belum selesai dia lakukan dalam membangun Jakarta. Tetapi, saat ini, faktor keperluan terhadap sosok pemimpin yang baru dan merakyat paling berperan. Indonesia memerlukan dia sekarang. Makanya di survei-survei, banyak masyarakat menganggap Jokowi pantas menjadi Presiden RI selanjutnya," kata Arbi kepada Beritasatu.com, Minggu (29/12).
Dari satu tahun kepemimpinannya di Jakarta, cara peraih penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award 2010 ini dalam menjalankan kekuasaannya dikenal sangat santun, dekat pada rakyat, apa adanya, sederhana, transparan dan lebih terbuka kepada warga yang membutuhkan pertolongannya.
"Cara-cara dia melakukan kekuasaannya telah menjadi kebutuhan rakyat Indonesia. Karena capres-capres lainnya tidak bisa memberikan apa yang dibutuhkan rakyat Indonesia terhadap sosok pemimpin. Hanya Jokowi yang dibutuhkan rakyat saat ini," kata Arbi.
Hal itu terbukti, ungkapnya, dari survei berdasarkan tingkat elektabilitas, Jokowi selalu merajai hasilnya. Baru satu tahun dia memimpin Jakarta, pria yang juga pengusaha mebel ini sudah berada di atas angin. Hati dan mata warga sudah tertuju pada sosok pria bertubuh kurus dan tinggi ini.
"Memang untuk menjadi capres, harus ada partai politik yang menaungi dan mendukung Jokowi. Tetapi tetap saja rakyat yang menentukan terpilih atau tidaknya seorang capres. Karena itu warga Jakarta tidak boleh mengeluh ditinggalkan Jokowi. Karena kalau Indonesia tidak dipegang oleh orang-orang yang tidak dapat dipercaya, maka akan hancurlah negeri ini," tegas Arbi.

Merajai Hasil SurveiApa yang disampaikan oleh Arbi hanya menggarisbawahi hasil berbagai jajak pendapat. Dari beberapa hasil survei yang dapat dirangkum Beritasatu.com selama satu tahun ini, baik yang dilakukan di Jakarta maupun di provinsi lain, Jokowi mengalahkan para tokoh politik yang jauh lebih senior.
Misalnya hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI), duet Jokowi dengan Hatta Rajasa dianggap sebagai pasangan capres dan cawapres paling ideal. Keduanya dinilai merepresentasikan nasionalis-Islam, sehingga cocok menjadi Poros Tengah II. Hal ini bisa terwujud jika suara Partai Demokrat di bawah 15% sehingga tidak memperoleh mitra koalisi dan tiket capres.
Hasil Survei LSI Oktober 2013 menyatakan, elektabilitas Partai Golkar sebesar 20,4%. Kemudian, PDI Perjuangan 18,7% dan Partai Demokrat 9,8%. Kemudian diikuti Partai Gerindra (6,6%), PAN (5,2%), PPP (4,6%), PKB (4,6%), PKS (4,4%), Partai Hanura (3,4%), Partai Nasdem (2,0%), PBB (0,6%), PKPI (0,3%) dan tidak menjawab (19,4%).
Peneliti LSI Ardian Sopa mengatakan jika hasil pemilu seperti survei dan persyaratan capres adalah diajukan parpol dengan suara nasional 25 persen dan perolehan kursi DPR 20 persen, maka hanya Golkar dan PDIP yang bisa mengajukan capres. Dengan hasil survei itu, ujar dia, masih terbuka lahirnya Poros Tengah II yang mendapat sisa satu tiket capres dan cawapres 2014.
LSI mengkategorikan Golkar dan PDIP sebagai partai papan atas karena elektabilitasnya mendekati 20 persen. Sedangkan partai yang elektabilitasnya di bawah 10 persen masuk partai papan tengah. Mereka ini terdiri dari lima parpol berlatarbelakang nasionalis: Demokrat, Gerindra, Hanura, Nasdem, dan PKPI. Kemudian lima parpol Islam papan tengah: PAN, PKB, PPP, PKS, dan PBB. LSI memprediksi, capres yang diusung poros tengah adalah tokoh nasionalis dan cawapresnya berasal dari tokoh Islam.
Sesuai survei LSI, tokoh nasionalis parpol papan tengah yang dipilih responden yaitu Joko Widodo (38,3%), Prabowo Subianto (11,1%) dan Wiranto (10%). Sedangkan posisi cawapres dari parpol Islam, yaitu Hatta Rajasa (31,3%), Yusril Ihza Mahendra (15,2%), Muhaimin Iskandar (11,8%), Suryadhama Ali (10,7%) dan Anis Matta (7,5%).
Sedangkan menurut hasil survei Indo Barometer yang dilansir pada 22 Desember 2013, PDIP bakal kalah apabila ngotot memasang Megawati sebagai capres. Dari berbagai hasil survei sejauh ini, tampaknya pemilu 2014 akan menghasilkan tiga atau empat partai besar yang mendapat suara di atas 10 persen. Keempat partai itu adalah PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerindra, dan Partai Demokrat.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengungkapkan dari semua parpol, ada dua parpol yang layak dikedepankan menjadi dua partai terbesar, entah karena kekuatan basis pendukung maupun kekuatan figurnya, yakni PDI Perjuangan dan Partai Golkar.
Antara Jokowi dan MegawatiDari PDIP, pilihan capres yang ada sejauh ini mengerucut pada dua nama, yaitu Megawati dan Jokowi. Ada kelompok yang menginginkan Megawati maju kembali dan ada yang ingin Jokowi.
"Jokowi dipertimbangkan karena sejumlah alasan di antaranya elektabilitasnya yang tinggi," kata Qodari.
Bila merunut pada hasil survei Indobarometer, Jokowi sebagai capres PDIP akan selalu memenangkan pertarungan di pilpres mendatang melawan siapa pun bakal capres partai lainnya. Sebaliknya, Megawati akan cenderung kalah bila maju sebagai capres dihadapkan pada tokoh tertentu.
Di kalangan pemilih PDIP sendiri, prosentase pemilih Jokowi lebih solid daripada Megawati. Jika yang jadi capres adalah Jokowi, maka 76,8 persen pemilih PDIP memilih Jokowi. Sementara Megawati hanya 46,4 persen.

Dari kalangan kampus, survei Pusat Kajian dan Kepakaran Statistika (PK2D) Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung juga tetap menempatkan pria Solo itu sebagai orang yang paling populer di kalangan etnis Sunda. Ini merupakan fenomena yang cukup unik.
Survei dilakukan dari tanggal 6 -16 Desember 2013. Jumlah responden dalam survei ini sebanyak 1.587 orang, dengan sampling error 3%. Dari 26 Daerah Pemilihan atau Dapil yang tersebar di Kabupaten dan Kota di Jawa Barat, hasil survei menempatkan Jokowi unggul di semua Dapil.
Tingkat popularitas Jokowi di survei ini melampaui Capres Partai Golkar Aburizal Bakrie, dan di bawah Ical ada nama mantan Ketum DPP Partai Golkar yang juga kini digadang-gadang oleh sejumlah parpol menjadi Capres, yakni Jusuf Kalla.
Tak Ada Pilihan LainPeneliti Senior Political Research Institute for Democracy (PRIDE) Indonesia Agus Herta Sumarto punya pendapat sendiri soal meroketnya mantan Wali Kota Solo ini menjelang Pemilu 2014.
Menurut Agus, sosok Jokowi yang merajai berbagai hasil survei karena warga Jakarta maupun rakyat Indonesia pada umumnya tidak punya pilihan lain atas calon pengganti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Menurut argumennya, banyak rakyat melihat Jokowi sebagai figur pemimpin yang baru, dengan cara dan strategi memimpin berbeda dari pemimpin-pemimpin yang lama. Rakyat seperti penasaran bagaimana hasilnya jika figur baru dengan gaya baru yang membumi ini memimpin sebuah negara.
"Orang melihat Jokowi itu figur pemimpin yang baru. Berbeda dengan figur para pemimpin yang lama. Ada sesuatu yang membuat rakyat menyenangi pribadinya," kata Agus.
Agus menyimpulkan seperti itu karena menurutnya prestasi Jokowi yang signifikan tak dapat diukur dari masa satu tahun memimpin Jakarta sekarang ini. Bahkan ada beberapa target tak terpenuhi seperti realisasi penyerapan anggaran dalam APBD DKI 2013 yang baru tercapai 68%.
"Jokowi dari segi kualitas tidak bagus-bagus amat. Realisasi anggaran yang masih rendah, itu bukan prestasi yang baik bagi seorang pemimpin. Selain itu, kita belum yakin bisa melihat kinerja Jokowi yang signifikan dalam membenahi Kota Jakarta. Tetapi publik melihat tidak ada calon lain yang sebaik Jokowi. Masyarakat bisa terbuka kalau melihat calon lain merupakan figur pemimpin yang baru dan bersih selain Jokowi," ujarnya.

Dilema EtikaSecara konstitusi, tidak ada larangan Jokowi menjadi capres. Namun dari segi etika politik, menurut Agus, Jokowi belum layak maju karena belum ada ukuran pasti tentang hasil pekerjaannya sebagai gubernur DKI.
Diakuinya track record Jokowi dalam menghasilkan berbagai kebijakan publik sudah bagus dibandingkan pemimpin sebelumnya. Tetapi secara kinerja, belum terlihat hasil dalam mengatasi masalah Jakarta.
"Pekerjaannya belum ada yang berhasil. Kinerjanya kurang bagus. Meski track record-nya sudah benar. Seperti kebijakan penanganan banjir sudah benar, tetapi sampai saat ini banjir masih ada. Kemacetan juga begitu. Jadi belum ada hasil yang signifikan," paparnya.
Bila wacana Jokowi maju sebagai capres terwujud, maka akan menjadi sebuah dilema bagi warga Jakarta, karena program-program pembangunan yang direncanakan Jokowi akan ditinggalkan begitu saja, tambahnya.
Akhirnya, Semua Tergantung MegawatiSelama Jokowi masih menjadi kader PDIP -- partai dengan budaya kepatuhan pada alur komando -- maka maju-tidaknya dia sebagai capres akan ditentukan oleh pimpinan partai, Megawati. Ketokohan di PDIP sama pentingnya seperti di Demokrat, namun bedanya garis-garis partai PDIP dipatuhi lurus hingga ke akar rumput.
Mereka yang mengikuti dari dekat cara kerja partai nasionalis ini akan tahu prinsip berikut: patuh atau keluar sendiri dari partai. Itulah kenapa PDIP jarang memecat kadernya, tidak seperti Demokrat atau partai-partai lain.
Pertanyaan menarik: bagaimana jika Megawati tetap maju sebagai capres dan menggandeng Jokowi sebagai wakilnya?
"Orang melihat Jokowi figur pemimpin baru. Kalau digandeng dengan Mega yang merupakan tokoh lama, maka akan banyak yang antipati terhadap Mega. Terjadilah kekecewaan publik, karena mereka menginginkan Jokowi sebagai capres, bukan cawapres," tukas Agus.

Konklusi dari semua analisis dan hasil jajak pendapat tersebut, keberadaan Jokowi menjadi capres dihadapkan dalam satu konflik yang rumit: antara kebutuhan rakyat melawan kepentingan politik.
Poin pertama sudah jelas tercermin dari hasil survei yang mengindikasikan siapa pilihan rakyat. Poin kedua adalah mata pedang yang bahkan seorang Jokowi pun takkan sanggup menghadapinya sendirian. Rakyat boleh punya pilihan, tapi belum tentu pilihan mereka itu tersaji di depan mereka.
Para capres lain yang sadar tak punya kans bisa "memanas-manasi" Megawati - yang menurut survei bisa mereka kalahkan - agar maju sendiri sebagai capres mengamankan trah Sukarno. Atau jika PDIP gagal mencapai ambang batas untuk mengajukan calon sendiri, mitra koalisi bisa saja memberi syarat supaya Jokowi "maksimal" hanya menjadi cawapres. Atau dengan membesar-besarkan kisah bahwa Jokowi figur tak bertanggung jawab karena meninggalkan Solo di tengah masa jabatan, dan kemudian menelantarkan Jakarta dengan menjadi capres. Dalam politik, selalu ada cara.
Para pendukung Jokowi, yang tentu tidak semuanya simpatisan PDIP, harus mengharap kebesaran hati Megawati untuk memuluskan harapan mereka. Namun jadi capres atau tidak, Jokowi tetap merupakan tokoh paling fenomenal dalam dua tahun ini: memenangi pilgub DKI tanpa KTP Jakarta, merajai semua hasil survei capres tanpa sekali pun pernah memimpin parpol, menjadi salah satu yang paling banyak ditonton menurut data YouTube Asia Pasifik, dan tidak mau serakah mengoleksi gitar langka Metallica tanpa memberitahu KPK.
Mungkin dia memang the chosen one!
Jokowi Capres Terfavorit Karena Rakyat Butuh
Jakarta - Keberanian Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk membenahi Kota Jakarta dan dengan gaya kerjanya yang selalu blusukan ke kampung-kampung telah sukses memikat hati bukan hanya warga Jakarta, tetapi juga rakyat Indonesia di berbagai provinsi lain.
Banyak yang menginginkan pria yang akrab disapa Jokowi ini maju menjadi calon presiden (capres) dalam pemilu 2014 mendatang. Namun tidak sedikit pula warga yang menginginkan Jokowi menyelesaikan tugas pengabdiannya dalam membangun ibu kota hingga 2017.
Meski banyak lembaga survei yang menyatakan peluang mantan Wali Kota Solo ini sangat besar menjadi capres, namun beberapa pengamat politik memperingatkan bahwa pencapresan Jokowi akan menimbulkan konflik antara kebutuhan rakyat versus kepentingan politik pragmatis.
Pengamat politik senior dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, menegaskan sudah banyak survei-survei yang dilakukan berbagai lembaga yang menyatakan Jokowi menduduki peringkat teratas dari banyak calon presiden (capres) yang telah mengajukan diri atau diusulkan oleh elite partai politik.
Keberadaan Jokowi menjadi Presiden RI pada tahun 2014, menurutnya, tidak lagi dilihat sebagai sudah waktunya bagi pria kelahiran Solo tersebut, agar mengembangkan sayapnya ke istana. Melainkan, sudah dilihat sebagai sebuah kebutuhan warga Indonesia atas sosok pemimpin yang baru, transparan dan merakyat.
"Jadi bukan karena sudah waktunya Jokowi maju menjadi capres, karena dia baru satu tahun sebagai Gubernur DKI. Banyak pekerjaan yang belum selesai dia lakukan dalam membangun Jakarta. Tetapi, saat ini, faktor keperluan terhadap sosok pemimpin yang baru dan merakyat paling berperan. Indonesia memerlukan dia sekarang. Makanya di survei-survei, banyak masyarakat menganggap Jokowi pantas menjadi Presiden RI selanjutnya," kata Arbi kepada Beritasatu.com, Minggu (29/12).
Dari satu tahun kepemimpinannya di Jakarta, cara peraih penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award 2010 ini dalam menjalankan kekuasaannya dikenal sangat santun, dekat pada rakyat, apa adanya, sederhana, transparan dan lebih terbuka kepada warga yang membutuhkan pertolongannya.
"Cara-cara dia melakukan kekuasaannya telah menjadi kebutuhan rakyat Indonesia. Karena capres-capres lainnya tidak bisa memberikan apa yang dibutuhkan rakyat Indonesia terhadap sosok pemimpin. Hanya Jokowi yang dibutuhkan rakyat saat ini," kata Arbi.
Hal itu terbukti, ungkapnya, dari survei berdasarkan tingkat elektabilitas, Jokowi selalu merajai hasilnya. Baru satu tahun dia memimpin Jakarta, pria yang juga pengusaha mebel ini sudah berada di atas angin. Hati dan mata warga sudah tertuju pada sosok pria bertubuh kurus dan tinggi ini.
"Memang untuk menjadi capres, harus ada partai politik yang menaungi dan mendukung Jokowi. Tetapi tetap saja rakyat yang menentukan terpilih atau tidaknya seorang capres. Karena itu warga Jakarta tidak boleh mengeluh ditinggalkan Jokowi. Karena kalau Indonesia tidak dipegang oleh orang-orang yang tidak dapat dipercaya, maka akan hancurlah negeri ini," tegas Arbi.
Merajai Hasil SurveiApa yang disampaikan oleh Arbi hanya menggarisbawahi hasil berbagai jajak pendapat. Dari beberapa hasil survei yang dapat dirangkum Beritasatu.com selama satu tahun ini, baik yang dilakukan di Jakarta maupun di provinsi lain, Jokowi mengalahkan para tokoh politik yang jauh lebih senior.
Misalnya hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI), duet Jokowi dengan Hatta Rajasa dianggap sebagai pasangan capres dan cawapres paling ideal. Keduanya dinilai merepresentasikan nasionalis-Islam, sehingga cocok menjadi Poros Tengah II. Hal ini bisa terwujud jika suara Partai Demokrat di bawah 15% sehingga tidak memperoleh mitra koalisi dan tiket capres.
Hasil Survei LSI Oktober 2013 menyatakan, elektabilitas Partai Golkar sebesar 20,4%. Kemudian, PDI Perjuangan 18,7% dan Partai Demokrat 9,8%. Kemudian diikuti Partai Gerindra (6,6%), PAN (5,2%), PPP (4,6%), PKB (4,6%), PKS (4,4%), Partai Hanura (3,4%), Partai Nasdem (2,0%), PBB (0,6%), PKPI (0,3%) dan tidak menjawab (19,4%).
Peneliti LSI Ardian Sopa mengatakan jika hasil pemilu seperti survei dan persyaratan capres adalah diajukan parpol dengan suara nasional 25 persen dan perolehan kursi DPR 20 persen, maka hanya Golkar dan PDIP yang bisa mengajukan capres. Dengan hasil survei itu, ujar dia, masih terbuka lahirnya Poros Tengah II yang mendapat sisa satu tiket capres dan cawapres 2014.
LSI mengkategorikan Golkar dan PDIP sebagai partai papan atas karena elektabilitasnya mendekati 20 persen. Sedangkan partai yang elektabilitasnya di bawah 10 persen masuk partai papan tengah. Mereka ini terdiri dari lima parpol berlatarbelakang nasionalis: Demokrat, Gerindra, Hanura, Nasdem, dan PKPI. Kemudian lima parpol Islam papan tengah: PAN, PKB, PPP, PKS, dan PBB. LSI memprediksi, capres yang diusung poros tengah adalah tokoh nasionalis dan cawapresnya berasal dari tokoh Islam.
Sesuai survei LSI, tokoh nasionalis parpol papan tengah yang dipilih responden yaitu Joko Widodo (38,3%), Prabowo Subianto (11,1%) dan Wiranto (10%). Sedangkan posisi cawapres dari parpol Islam, yaitu Hatta Rajasa (31,3%), Yusril Ihza Mahendra (15,2%), Muhaimin Iskandar (11,8%), Suryadhama Ali (10,7%) dan Anis Matta (7,5%).
Sedangkan menurut hasil survei Indo Barometer yang dilansir pada 22 Desember 2013, PDIP bakal kalah apabila ngotot memasang Megawati sebagai capres. Dari berbagai hasil survei sejauh ini, tampaknya pemilu 2014 akan menghasilkan tiga atau empat partai besar yang mendapat suara di atas 10 persen. Keempat partai itu adalah PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerindra, dan Partai Demokrat.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengungkapkan dari semua parpol, ada dua parpol yang layak dikedepankan menjadi dua partai terbesar, entah karena kekuatan basis pendukung maupun kekuatan figurnya, yakni PDI Perjuangan dan Partai Golkar.
Antara Jokowi dan MegawatiDari PDIP, pilihan capres yang ada sejauh ini mengerucut pada dua nama, yaitu Megawati dan Jokowi. Ada kelompok yang menginginkan Megawati maju kembali dan ada yang ingin Jokowi.
"Jokowi dipertimbangkan karena sejumlah alasan di antaranya elektabilitasnya yang tinggi," kata Qodari.
Bila merunut pada hasil survei Indobarometer, Jokowi sebagai capres PDIP akan selalu memenangkan pertarungan di pilpres mendatang melawan siapa pun bakal capres partai lainnya. Sebaliknya, Megawati akan cenderung kalah bila maju sebagai capres dihadapkan pada tokoh tertentu.
Di kalangan pemilih PDIP sendiri, prosentase pemilih Jokowi lebih solid daripada Megawati. Jika yang jadi capres adalah Jokowi, maka 76,8 persen pemilih PDIP memilih Jokowi. Sementara Megawati hanya 46,4 persen.

Dari kalangan kampus, survei Pusat Kajian dan Kepakaran Statistika (PK2D) Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung juga tetap menempatkan pria Solo itu sebagai orang yang paling populer di kalangan etnis Sunda. Ini merupakan fenomena yang cukup unik.
Survei dilakukan dari tanggal 6 -16 Desember 2013. Jumlah responden dalam survei ini sebanyak 1.587 orang, dengan sampling error 3%. Dari 26 Daerah Pemilihan atau Dapil yang tersebar di Kabupaten dan Kota di Jawa Barat, hasil survei menempatkan Jokowi unggul di semua Dapil.
Tingkat popularitas Jokowi di survei ini melampaui Capres Partai Golkar Aburizal Bakrie, dan di bawah Ical ada nama mantan Ketum DPP Partai Golkar yang juga kini digadang-gadang oleh sejumlah parpol menjadi Capres, yakni Jusuf Kalla.
Tak Ada Pilihan LainPeneliti Senior Political Research Institute for Democracy (PRIDE) Indonesia Agus Herta Sumarto punya pendapat sendiri soal meroketnya mantan Wali Kota Solo ini menjelang Pemilu 2014.
Menurut Agus, sosok Jokowi yang merajai berbagai hasil survei karena warga Jakarta maupun rakyat Indonesia pada umumnya tidak punya pilihan lain atas calon pengganti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Menurut argumennya, banyak rakyat melihat Jokowi sebagai figur pemimpin yang baru, dengan cara dan strategi memimpin berbeda dari pemimpin-pemimpin yang lama. Rakyat seperti penasaran bagaimana hasilnya jika figur baru dengan gaya baru yang membumi ini memimpin sebuah negara.
"Orang melihat Jokowi itu figur pemimpin yang baru. Berbeda dengan figur para pemimpin yang lama. Ada sesuatu yang membuat rakyat menyenangi pribadinya," kata Agus.
Agus menyimpulkan seperti itu karena menurutnya prestasi Jokowi yang signifikan tak dapat diukur dari masa satu tahun memimpin Jakarta sekarang ini. Bahkan ada beberapa target tak terpenuhi seperti realisasi penyerapan anggaran dalam APBD DKI 2013 yang baru tercapai 68%.
"Jokowi dari segi kualitas tidak bagus-bagus amat. Realisasi anggaran yang masih rendah, itu bukan prestasi yang baik bagi seorang pemimpin. Selain itu, kita belum yakin bisa melihat kinerja Jokowi yang signifikan dalam membenahi Kota Jakarta. Tetapi publik melihat tidak ada calon lain yang sebaik Jokowi. Masyarakat bisa terbuka kalau melihat calon lain merupakan figur pemimpin yang baru dan bersih selain Jokowi," ujarnya.
Dilema EtikaSecara konstitusi, tidak ada larangan Jokowi menjadi capres. Namun dari segi etika politik, menurut Agus, Jokowi belum layak maju karena belum ada ukuran pasti tentang hasil pekerjaannya sebagai gubernur DKI.
Diakuinya track record Jokowi dalam menghasilkan berbagai kebijakan publik sudah bagus dibandingkan pemimpin sebelumnya. Tetapi secara kinerja, belum terlihat hasil dalam mengatasi masalah Jakarta.
"Pekerjaannya belum ada yang berhasil. Kinerjanya kurang bagus. Meski track record-nya sudah benar. Seperti kebijakan penanganan banjir sudah benar, tetapi sampai saat ini banjir masih ada. Kemacetan juga begitu. Jadi belum ada hasil yang signifikan," paparnya.
Bila wacana Jokowi maju sebagai capres terwujud, maka akan menjadi sebuah dilema bagi warga Jakarta, karena program-program pembangunan yang direncanakan Jokowi akan ditinggalkan begitu saja, tambahnya.
Akhirnya, Semua Tergantung MegawatiSelama Jokowi masih menjadi kader PDIP -- partai dengan budaya kepatuhan pada alur komando -- maka maju-tidaknya dia sebagai capres akan ditentukan oleh pimpinan partai, Megawati. Ketokohan di PDIP sama pentingnya seperti di Demokrat, namun bedanya garis-garis partai PDIP dipatuhi lurus hingga ke akar rumput.
Mereka yang mengikuti dari dekat cara kerja partai nasionalis ini akan tahu prinsip berikut: patuh atau keluar sendiri dari partai. Itulah kenapa PDIP jarang memecat kadernya, tidak seperti Demokrat atau partai-partai lain.
Pertanyaan menarik: bagaimana jika Megawati tetap maju sebagai capres dan menggandeng Jokowi sebagai wakilnya?
"Orang melihat Jokowi figur pemimpin baru. Kalau digandeng dengan Mega yang merupakan tokoh lama, maka akan banyak yang antipati terhadap Mega. Terjadilah kekecewaan publik, karena mereka menginginkan Jokowi sebagai capres, bukan cawapres," tukas Agus.
Konklusi dari semua analisis dan hasil jajak pendapat tersebut, keberadaan Jokowi menjadi capres dihadapkan dalam satu konflik yang rumit: antara kebutuhan rakyat melawan kepentingan politik.
Poin pertama sudah jelas tercermin dari hasil survei yang mengindikasikan siapa pilihan rakyat. Poin kedua adalah mata pedang yang bahkan seorang Jokowi pun takkan sanggup menghadapinya sendirian. Rakyat boleh punya pilihan, tapi belum tentu pilihan mereka itu tersaji di depan mereka.
Para capres lain yang sadar tak punya kans bisa "memanas-manasi" Megawati - yang menurut survei bisa mereka kalahkan - agar maju sendiri sebagai capres mengamankan trah Sukarno. Atau jika PDIP gagal mencapai ambang batas untuk mengajukan calon sendiri, mitra koalisi bisa saja memberi syarat supaya Jokowi "maksimal" hanya menjadi cawapres. Atau dengan membesar-besarkan kisah bahwa Jokowi figur tak bertanggung jawab karena meninggalkan Solo di tengah masa jabatan, dan kemudian menelantarkan Jakarta dengan menjadi capres. Dalam politik, selalu ada cara.
Para pendukung Jokowi, yang tentu tidak semuanya simpatisan PDIP, harus mengharap kebesaran hati Megawati untuk memuluskan harapan mereka. Namun jadi capres atau tidak, Jokowi tetap merupakan tokoh paling fenomenal dalam dua tahun ini: memenangi pilgub DKI tanpa KTP Jakarta, merajai semua hasil survei capres tanpa sekali pun pernah memimpin parpol, menjadi salah satu yang paling banyak ditonton menurut data YouTube Asia Pasifik, dan tidak mau serakah mengoleksi gitar langka Metallica tanpa memberitahu KPK.
Mungkin dia memang the chosen one!
Minggu, 29 Desember 2013
Jokowi: Ayo, ayo, ayo... Rp 5.000 Ya Sekali Foto!
Seperti biasa ia dengan terbuka memperbolehkan pengunjung yang minta berfoto bersama dirinya. Namun, kali ini Jokowi minta dibayar. Jangan salah sangka dulu karena itu cuma guyonan saja.
"Ayo, ayo, ayo...Rp 5.000 ya sekali foto," canda Jokowi yang sudah mandi keringat akibat dikerumuni ratusan warga di sekitar museum.
Sesi foto tersebut hanya dilakukan sekitar 15 menit. Alhasil, tak seluruh warga berhasil berfoto bersama pengunjung Kota Tua. Usai berfoto, Jokowi melontarkan guyonan atas sesi foto itu.
"Iya, tak tarikin lima ribu-lima ribu nih, saya bisa dapat lima juta," ujar Jokowi dan langsung disambut tawa oleh warga yang mendengar.
Pantauan JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jokowi mengenakan kemeja putih serta celana hitam datang ke kawasan itu pukul 16.30 WIB. Jokowi langsung diserbu ratusan pengunjung. Mereka berebut salaman dan foto bersama.
Suasana di kawasan Kota Tua tersebut sekejap riuh. Beberapa pertunjukan terpaksa dihentikan lantaran para pengunjung berhamburan mendekati orang nomor satu di DKI Jakarta tersebut.
Saking ramainya warga yang ingin mendekatinya, Jokowi pun me mutuskan untuk mengadakan sesi foto dengan warga. Satu per satu warga dipersilahkan berfoto dengan Jokowi. Sesi tersebut dilakukan di depan pintu museum Fatahillah yang sudah tertutup.
Kedatangan Jokowi ke Kota Tua ingin mengecek restorasi Kota Tua yang tengah berjalan. Diketahui restorasi kawasan Kota Tua memang tengah dilakukan oleh Badan Otoritas Kota Tua sebagai perwujudan cita-cita Pemprov DKI menata kawasan Kota Tua.
Dukungan Rakyat Terhadap Jokowi Jadi Capres Menguat
Jakarta - Dukungan agar Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo maju sebagai calon presiden semakin terasa menjelang Pemilu 2014. Bertenggernya mantan Wali Kota Solo itu di berbagai hasil survei nampaknya bukan hanya permainan data statistik. Di akar rumput, berbagai kelompok masyarakat dibentuk secara sukarela untuk menunjukan dukungan ini. Berbagai kelompok ini berdiri dan bergerak secara terpisah.
Salah satunya adalah Sekretariat Nasional Jaringan Organisasi dan Komunitas Warga Indonesia (Seknas Jokowi). Setelah melalui pertemuan di berbagai daerah, dan mendengar aspirasi masyarakat, Presidium Seknas Jokowi yang diisi para aktivis era 1980'an mendeklarasikan dukungan Jokowi menjadi Presiden Indonesia pada 15 Desember lalu.
Bagi para relawan ini, Jokowi sebagai Presiden Indonesia bukan hanya mimpi. Bagi para relawan Seknas, dengan dukungan dari rakyat yang terus membesar tidak akan dapat dibendung oleh calon presiden yang menjadi rival Jokowi dalam pemilihan presiden mendatang.
"Ini bukan mimpi. Langkah ke arah sana sudah semakin nyata. Suara rakyat adalah suara Tuhan akan muncul," kata salah seorang Presidium Seknas Jokowi, Andaru Satnyoto saat ditemui SP di Kawasan Sudirman, Minggu (29/12)
Sejak dideklarasikan, para relawan ini aktif membuka pendaftaran di berbagai kesempatan. Salah satunya dengan rutin membuka stan posko pendaftaran di kawasan Sudirman setiap Minggu dengan memanfaatkan momentum Car Free Day dan kegiatan-kegiatan lain. Dengan dibantu panggung musik yang diisi oleh anak-anak muda, hanya dalam tempo dua minggu saja, sebanyak 1.000 lembar formulir relawan telah terisi.
"Itu baru yang riil mendaftar di Jakarta saja. Secara total di berbagai daerah lain mungkin sudah ada 15.000 relawan yang terdaftar. Pasti ada lebih banyak lagi yang belum atau tidak terdaftar," ungkapnya.
Untuk menunjukkan keseriusannya, pada 12 Januari nanti, Seknas Jokowi akan menggelar karnaval budaya dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Diharapkan, melalui pagelaran kesenian ini, penggalangan dukungan terhadap Jokowi akan lebih memasyarakat.
"Kami berupaya memberi kegembiraan kepada masyarakat. Seperti halnya Jokowi yang menyukai kesenian, dan membuat politik menjadi hal yang ringan," tuturnya.
Andaru menuturkan, sejak dideklarasikan, Seknas Jokowi tidak pernah bertemu langsung dengan Jokowi. Dikatakan, terbentuknya Seknas Jokowi ini untuk menampung tumbuhnya aspirasi dan semangat mendukung Jokowi. Hal ini, menandakan berkembangnya demokrasi yang lebih substantif, yakni rakyat sendiri yang menentukan dan memilih kriteria pemimpin Indonesia selanjutnya. Sebelumnya rakyat hanya memilih figur dari tokoh yang disodorkan partai politik.
"Rakyat maunya Jokowi, dan kami dorong hal itu untuk menjadi gerakan politik. Biasanya rakyat disodorkan, tapi sekarang rakyat yang menginginkan model pemimpinnya sendiri," tutur Andaru.
Menurutnya, figur Jokowi saat ini menjadi harapan dari masyarakat yang menginginkan perubahan. Rakyat saat ini tak ingin lagi figur yang dicitrakan sebagai orang yang santun, bersih, dan birokratis. Sekarang, rakyat membutuhkan figur yang sederhana, jujur dan terbuka. Selain itu, rakyat juga membutuhkan figur yang sering ke lapangan, sehingga mengetahui secara pasti problem masyarakat dan dapat memberi solusi.
"Semua kriteria itu ada di Jokowi. Setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya. Kami yakin dengan kehendak sejarah," ungkapnya.
Terkait dengan sikap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) yang belum juga mendeklarasikan Jokowi sebagai capres tak membuat Seknas Jokowi risau. Andaru meyakini cepat atau lambat Megawati sebagai Ketua Umum PDIP akan mendeklarasikan dukungannya. Terlebih jika melihat dukungan masif yang terus dibangun masyarakat.
"Ini akan menjadi arus besar. PDIP pasti mendengar suara rakyat ini, apalagi selama ini feeling politik Ibu Mega pun cukup kuat," tuturnya.
Sementara terkait jabatan Jokowi saat ini sebagai Gubernur DKI, Andaru menegaskan pekerjaan rumah Jokowi akan tuntas jika menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Hal itu lantaran banyak persoalan Jakarta yang berkaitan dengan pemerintah pusat. Untuk itu, sebagai Presiden yang berada di Ibukota, Jokowi dipastikan akan tetap memperhatikan Jakarta.
"Kalau Jokowi jadi presiden dia kan tetap berada di Jakarta. Pasti akan diperhatikan juga, karena sebagian problem Jakarta itu berkaitan dengan pemerintah pusat. Jokowi jadi presiden, DKI tidak akan terlantar," katanya.
Ini Sebab Tingginya Elektabilitas Jokowi

JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta : Gubernur DKI Jakarta Jokowi masih dianggap sebagai calon kuat dengan elektabilitas yang kian meningkat. Lalu apa di balik mantan Walikota Solo itu hingga mampu berada 'di atas angin' seperti ini?
Menurut pakar komunikasi Gun Gun Heryanto, tingginya elektabilitas Jokowi hadir karena momentum. Pria bernama lengkap Joko Widodo itu mendapatkan momentum tersebut saat terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Jokowi tokoh kontekstual saat Pilkada DKI Jakarta. Elektabilitas menjulang sendirian," kata Gun Gun saat perilisan hasil survei 'Mencari Lawan Jokowi' yang digelar di Hotel Morrissey, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Minggu (29/12/2013).
"Momentum yang didapat, ketika dia menginspirasi masyarakat Jakarta. Momentumnya, orang mencari tokoh yang berbeda dan mampu menjadi elite sentral," imbuhnya.
Dalam survei ini, ada 12 nama yang terpilih sebagai calon kuat pesaing Jokowi. Gun Gun yakin, kedua belas tokoh itu mampu menyaingi Jokowi jika mendapatkan momentum yang tepat dan dukungan dari masyarakat.
"12 Nama-nama itu harus mendapat dukungan. Didorong ke tengah masyarakat, agar menjadi tokoh kontekstual juga dengan momentum politik," tuturnya.
Gun Gun menyatakan, tokoh manapun yang akan berlaga pada Pilpres 2014 dapat melebihi Jokowi jika mereka mendapatkan panggung besar dan dukungan publik. Dan tentu harus didukung karakteristik kepemimpinan yang baik. (Ndy/Ali)
Baca juga: Ini 5 Penantang Jokowi yang Diusulkan pada Pilpres 2014
Menebak Arah Blusukan Jokowi
Minggu, 29 Desember 2013 | 18:08 WIB

Warga menyapa gubenur DKI Jakarta Joko Widodo usai berolahraga di hari bebas kendaraan bermotor di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (8/12). Gubenur DKI Jakarta Jokowi disela-sela kesibukannya menyempatkan berolahraga dan menyapa warga yang beraktivitas di kawasan tersebut . TEMPO/Dasril Roszandi
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT, Jakarta - Tidak gampang menebak arah gerak Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Kegemarannya blusukan selalu jadi misteri. Itu juga yang terjadi Ahad, 29 Desember 2013, sore. Setelah seharian beraktivitas di dalam rumah dinasnya di Jalan Taman Suropati 7, Menteng, Jakarta Pusat, tiba-tiba Jokowi keluar.Waktu menunjukan pukul 15.30 WIB, ketika beberapa ajudan Jokowi yang selesai menunaikan salat asar bersiap di depan rumah. Wartawan yang biasa mengikuti kegiatannya pun bersiap.Jika merujuk agenda protokoler, ada dua agenda di sore ini, yaitu menghadiri penutupan Grand Prix Marching Band XXIX-2013 dan pembukaan pertandingan Turnamen Mini Trofeo Persija Jakarta, keduanya di Gelora Bung Karno, Senayan.Pukul 15.45 WIB, menggunakan Toyota Land Cruiser, Jokowi keluar dari rumah dinas. Rutenya mengambil Jalan Imam Bonjol ke arah Bundaran Hotel Indonesia. Untuk mencapai Senayan, Jokowi seharusnya mobil bongsor itu belok kiri, ke Jalan Jenderal Sudirman. Tapi, Jokowi malah berputar di Bundaran Hotel Indonesia menuju arah Monas. Spekulasi pun berkembang. Ada wartawan yang menebak Jokowi hendak ke Monas. Tebakan lain yang lebih seru, Istana Presiden. Maklum, Jumat lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memanggil dia ke Istana. Menembus padatnya lalu lintas Jakarta, dua lokasi tersebut terlewati.Rupanya, Jokowi menuju Kota Tua. Kedatangannya langsung disambut ratusan warga yang berjubel di depan Museum Fatahillah. Mereka berebut foto dan bersalaman. Pak Gubernur sempat menonton kuda lumping lalu berkeliling Taman Fatahillah untuk mengecek pemugaran kawasan ini. "Kota Tua memiliki potensi ekonomi pariwisata yang kuat," katanya.SYAILENDRA
Terpopuler
Usul KPK Kurangi Utang Negara Rp 2.000 Triliun Di Tahanan, Gerak-gerik Atut Disorot CCTVCerita Airin Soal Tangisan Atut Koruptor Incar Dana Optimalisasi Rp 26,96 TriliunDibesuk Airin, Gubernur Atut MenangisPencipta AK-47 Meninggal di Usia 94 Tahun Ki Kusumo: Peluang Jokowi Nyapres Akan Mirip Obama
Dukungan Rakyat Terhadap Jokowi Jadi Capres Menguat
Jakarta - Dukungan agar Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo maju sebagai calon presiden semakin terasa menjelang Pemilu 2014. Bertenggernya mantan Wali Kota Solo itu di berbagai hasil survei nampaknya bukan hanya permainan data statistik. Di akar rumput, berbagai kelompok masyarakat dibentuk secara sukarela untuk menunjukan dukungan ini. Berbagai kelompok ini berdiri dan bergerak secara terpisah.
Salah satunya adalah Sekretariat Nasional Jaringan Organisasi dan Komunitas Warga Indonesia (Seknas Jokowi). Setelah melalui pertemuan di berbagai daerah, dan mendengar aspirasi masyarakat, Presidium Seknas Jokowi yang diisi para aktivis era 1980'an mendeklarasikan dukungan Jokowi menjadi Presiden Indonesia pada 15 Desember lalu.
Bagi para relawan ini, Jokowi sebagai Presiden Indonesia bukan hanya mimpi. Bagi para relawan Seknas, dengan dukungan dari rakyat yang terus membesar tidak akan dapat dibendung oleh calon presiden yang menjadi rival Jokowi dalam pemilihan presiden mendatang.
"Ini bukan mimpi. Langkah ke arah sana sudah semakin nyata. Suara rakyat adalah suara Tuhan akan muncul," kata salah seorang Presidium Seknas Jokowi, Andaru Satnyoto saat ditemui SP di Kawasan Sudirman, Minggu (29/12)
Sejak dideklarasikan, para relawan ini aktif membuka pendaftaran di berbagai kesempatan. Salah satunya dengan rutin membuka stan posko pendaftaran di kawasan Sudirman setiap Minggu dengan memanfaatkan momentum Car Free Day dan kegiatan-kegiatan lain. Dengan dibantu panggung musik yang diisi oleh anak-anak muda, hanya dalam tempo dua minggu saja, sebanyak 1.000 lembar formulir relawan telah terisi.
"Itu baru yang riil mendaftar di Jakarta saja. Secara total di berbagai daerah lain mungkin sudah ada 15.000 relawan yang terdaftar. Pasti ada lebih banyak lagi yang belum atau tidak terdaftar," ungkapnya.
Untuk menunjukkan keseriusannya, pada 12 Januari nanti, Seknas Jokowi akan menggelar karnaval budaya dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Diharapkan, melalui pagelaran kesenian ini, penggalangan dukungan terhadap Jokowi akan lebih memasyarakat.
"Kami berupaya memberi kegembiraan kepada masyarakat. Seperti halnya Jokowi yang menyukai kesenian, dan membuat politik menjadi hal yang ringan," tuturnya.
Andaru menuturkan, sejak dideklarasikan, Seknas Jokowi tidak pernah bertemu langsung dengan Jokowi. Dikatakan, terbentuknya Seknas Jokowi ini untuk menampung tumbuhnya aspirasi dan semangat mendukung Jokowi. Hal ini, menandakan berkembangnya demokrasi yang lebih substantif, yakni rakyat sendiri yang menentukan dan memilih kriteria pemimpin Indonesia selanjutnya. Sebelumnya rakyat hanya memilih figur dari tokoh yang disodorkan partai politik.
"Rakyat maunya Jokowi, dan kami dorong hal itu untuk menjadi gerakan politik. Biasanya rakyat disodorkan, tapi sekarang rakyat yang menginginkan model pemimpinnya sendiri," tutur Andaru.
Menurutnya, figur Jokowi saat ini menjadi harapan dari masyarakat yang menginginkan perubahan. Rakyat saat ini tak ingin lagi figur yang dicitrakan sebagai orang yang santun, bersih, dan birokratis. Sekarang, rakyat membutuhkan figur yang sederhana, jujur dan terbuka. Selain itu, rakyat juga membutuhkan figur yang sering ke lapangan, sehingga mengetahui secara pasti problem masyarakat dan dapat memberi solusi.
"Semua kriteria itu ada di Jokowi. Setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya. Kami yakin dengan kehendak sejarah," ungkapnya.
Terkait dengan sikap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) yang belum juga mendeklarasikan Jokowi sebagai capres tak membuat Seknas Jokowi risau. Andaru meyakini cepat atau lambat Megawati sebagai Ketua Umum PDIP akan mendeklarasikan dukungannya. Terlebih jika melihat dukungan masif yang terus dibangun masyarakat.
"Ini akan menjadi arus besar. PDIP pasti mendengar suara rakyat ini, apalagi selama ini feeling politik Ibu Mega pun cukup kuat," tuturnya.
Sementara terkait jabatan Jokowi saat ini sebagai Gubernur DKI, Andaru menegaskan pekerjaan rumah Jokowi akan tuntas jika menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Hal itu lantaran banyak persoalan Jakarta yang berkaitan dengan pemerintah pusat. Untuk itu, sebagai Presiden yang berada di Ibukota, Jokowi dipastikan akan tetap memperhatikan Jakarta.
"Kalau Jokowi jadi presiden dia kan tetap berada di Jakarta. Pasti akan diperhatikan juga, karena sebagian problem Jakarta itu berkaitan dengan pemerintah pusat. Jokowi jadi presiden, DKI tidak akan terlantar," katanya.
Kata Mahfud MD soal Wacana Jadi Cawapres Jokowi
JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com/Indra Akuntono Mahfud MD
JAKARTA, JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Bakal calon presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Mahfud MD enggan berkomentar banyak terkait wacana dirinya sebagai calon wakil presiden (cawapres) berpasangan dengan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Kendati demikian, ia mengaku terus berkomunikasi dengan Jokowi.
"Nantilah kalau itu (soal cawapres). Tapi saya sering ketemu Jokowi," ujar Mahfud di Jakarta, Minggu (29/12/2013) siang.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu menilai masalah capres dan cawapres terlalu dini untuk dibicarakan saat ini. Sebelum pemilu legislatif (pileg), kata Mahfud, pembicaraan mengenai urusan capres dan cawapres hanya berkisar pada bahasa-bahasa isyarat tidak langsung yang dalam budaya Jawa disebut sebagai budaya pasemon. "Kalau bicara yang sungguh-sungguh, secara langsung, ya setelah pileg," katanya.
Selain masalah capres, Mahfud mengatakan masalah koalisi antara PKB dengan partai politik lain juga belum diputuskan sebelum pileg. Sampai saat ini, katanya, PKB yang mengusung dirinya masih tetap percaya diri untuk mengusung capres sebelum penentuan hasil pileg. "Iya dong. Tidak pernah ada partai yang berpikir cawapres (sebelum pileg)," imbuhnya.
Seperti diberitakan, nama Mahfud MD santer disebut-sebut sebagai pasangan ideal bagi Jokowi sebagai capres dan cawapres. Dalam Rapat Kerja Nasional III PDI Perjuangan bulan September lalu, nama Mahfud juga muncul sebagai cawapres dari internal, selain nama Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan peserta konvensi capres Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo.
Seknas Jokowi Mengaku Tidak Mendapatkan Arahan dari Jokowi

TRIBUNNEWS.COM JAKARTA - Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi mengaku tidak mendapatkan arahan dari jokowi untuk mendukungnya dalam pilpres 2014. Gerakan ini murni sebagai gerakan keprihatinan bangsa semata.
"Kita ga dapat arahan dari Pak Jokowi, Pak Jokowi juga membebaskan kita, ga pernah ada ceritanya pak Jokowi ikut campur dalam kegiatan kita," jelas Andaru Satnyoto, Anggota Presidium Seknas Jokowi di jakarta, Minggu (29/12/2013)
Ia pun menuturkan bahwa gerakan ini sebagai wujud penyaluran aspirasi masyarakat terhadap sosok Jokowi. Diharapkan masyarakat dapat mendapatkan perubahan dengan pergantian kepemimpinan.
"Rakyat butuh perubahan dan pemimpin yang sekarang tidk cukup lihai dalam memimpin jadilah kita mendorong agar ada perubahan, dan rakyat merindukan karakter pemimpin yang tegas dan membumi,sosok itu ada di Jokowi," jelasnya.
Seperti diketahui, Jokowi, selalu mengelak ketika ditanyakan mengenai keinginannya maju dalam pemilu 2014. Sikap Jokowi ini berbeda dengan sikap masyarakat yang mendorong dirinya sebagai Capres.
Mulai Muncul Slogan Pokoknya Jokowi, Ciri Budaya Malas Berpikir

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak dapat disangkal lagi, nama Gubernur DKI Jakarta Jokowi di media sosial cukup populer. Bahkan sampai memunculkan slogan 'Pokoknya Jokowi' untuk capres 2014.
Menanggapi hal tersebut, ahli psikologi politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan fenomena seperti itu terjadi karena parpol-parpol hingga saat ini masih ngotot memajukan nama-nama lama yang sudah jenuh di mata publik untuk menjadi capres.
Ia pun menilai ada nama baru yang pantas diajukan sebagai capres dan sudah terbukti integritasnya, mulai dari Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sampai tokoh akademisi, Anies Baswedan.
"Prihatin pada bangsa ini, terjebak juga dengan budaya malas berpikir. Di media sosial, banyak yang bilang pokoknya Jokowi (capres). Kalau bukan Jokowi, golput. Ini budaya malas berpikir," cetus Hamdi saat merilis hasil survei Opinion Leader Mencari Lawan Jokowi di hotel Morrisey, Minggu (29/12/2013).
Menurutnya jika Jokowi pantas dimajukan sebagai capres, maka baik Tri Rismaharini maupun Ahok juga pantas diajukan sebagai capres.
"Masa hanya Jokowi yang boleh maju ke gelanggang? Tidak fair. Ahok juga boleh dong. Kalau masyarakat menginginkan itu, kenapa tidak?" tandasnya.
The Economist: Jokowi Sosok Tepat untuk Bangkitkan Indonesia

JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO Gubernur DKI Joko Widodo.
SINGAPURA, JOKOWIUPDATES.BLOGSPOT.com - Majalah ternama The Economist memberikan prediksi dan gambaran politik dan ekonomi dunia tahun 2014. Nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo digadang-gadang sebagai sosok yang akan memimpin Indonesia tahun depan.
The Economist menuliskan Joko Widodo sebagai front-runner. Ia dikatakan mungkin akan mendeklarasikan pencapresannya pada Mei 2014. Jokowi diyakini dapat membangkitkan kembali Indonesia sekaligus mengejar target yang gagal dicapai pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
The Economist menjelaskan rekam jejaknya yang sukses sebagai Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Ia disebut memiliki kepemimpinan yang tegas, kebijakan inovatif, dan transparansi pemerintahan. Jokowi juga dinilai mewakili generasi kepemimpinan yang baru, tidak terikat dengan Orde Baru, militer, maupun dinasti politik.
Berusia relatif muda (52 tahun), pencinta musik metal ini juga sangat populer di kalangan generasi muda yang mewakili 106 dari 180 juta pemilih. Pertanyaan besar adalah apakah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dapat dibujuk untuk mengizinkan pencapresan Jokowi. Jika jawabannya iya, akan menjadi kejutan jika Joko Widodo tidak disumpah sebagai presiden pada 20 Oktober 2014.
Kritik Pemerintahan SBY
Perekonomian Indonesia menikmati stabilitas dalam beberapa tahun terakhir. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membawa Indonesia melewati krisis ekonomi global 2008. Angka pertumbuhan GDP stabil di atas 6 persen. Ekonomi bergairah didorong permintaan yang tinggi akan minyak, batubara, mineral dari China dan India.
Namun, semua berubah di tahun 2013. Nilai kurs Rupiah terperosok hingga Rp 12.000 per dollar AS. Indeks saham Bursa Efek Jakarta anjlok drastis. Inflasi meroket ditambah dengan defisit anggaran. Target pertumbuhan ekonomi 6,3 persen yang dicanangkan hampir pasti tidak akan terpenuhi.
The Economist menguraikan, hal yang paling disesalkan dari pemerintahan SBY adalah kegagalan mengatasi persoalan klasik mendasar. Infrastruktur tetap bermasalah. Korupsi merajalela di mana-mana. Mentalitas birokrat yang suka bermalas-malasan tidak kunjung berubah. Tidak ketinggalan, desentralisasi yang semrawut di daerah. Investor cemas ekonomi Indonesia akan kesulitan bangkit kembali.
Lima Nama Pesaing Jokowi Dalam Bursa Capres

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia mengumumkan hasil survei Opinion Leader Mencari Lawan Jokowi. Survei yang dilaksanakan mulai tanggal 16-27 Desember 2013 itu mengerucut pada lima nama.
Pakar Psikologi Politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan masyarakat saat ini sudah menolak nama-nama lama dan menginginkan nama baru yang sudah terlihat kerja nyatanya.
"Masyarakat ingin Jokowi, nama lainnya ditolak. Ini tidak sehat untuk demokrasi. Demokrasi yang bagus harus menghasilkan persaingan antara yang terbaik dengan yang terbaik. Sekarang hanya ada satu nama yang terbaik," kata Hamdi saat paparan di Hotel Morrisey, Minggu (29/12/2013).
Dalam surveinya, kata Hamdi, pihaknya menguji beberapa dimensi seperti visioner, leadership, intelektualitas, ketrampilan politik, ketrampilan komunikasi politik, stabilitas emosi, kemampuan manajerial, penampilan, dan integritas moral hingga muncul beberapa nama.
Seperti Ketua KPK Abraham Samad, akademisi Anies Baswedan, Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Walikota Surabaya Tri Rismaharini, CEO Trans Corp Chairul Tanjung, Wakil Menteri PAN-RB Eko Prasojo, CEO Garuda Indonesia Emirsyah Satar, CEO PT KAI Ignatius Jonan, Menteri Keuangan Chatib Basri, entrepreneur Tri Mumpuni, dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Ia pun menyebutkan nama yang termasuk dalam lima besar yang diperkirakan dapat menandingi Jokowi dalam kontestasi Pilpres. Berdasarkan persentasenya, urutan pertama penantang Jokowi ada Tri Rismaharini, urutan kedua Ahok, dan di urutan berikutnya ada nama Anies Baswedan, Chairul Tanjung, dan Abraham Samad.
Sedangkan nama nama capres yang ditolak berdasarkan survei sesuai urutannya, ada nama Prabowo, Rhoma Irama, Aburizal Bakrie, Megawati, Pramono Edi, Wiranto.
"Kriteria capres yang penting itu integritas moral. Orang yang kakinya tidak digelayuti pengusaha, berani mundur kalau salah. Saat ini ada masalah dalam integritas sehingga nama-nama lama tidak menginspirasi Indonesia kedepannya," tuturnya.
"Fenomena Jokowi ubah landscape politik. Orang saat ini perlu karya nyata, mencari ada cacatnya tidak. Jokowi harus dilawankan dengan Jokowi-Jokowi lain, ambil nama-nama ini," tandasnya